Andalah
Role Model
Seorang filsuf besar Inggris
John Locke mengemukakan bahwa perkembangan manusia selanjutnya sangat
ditentukan oleh pengalaman yang ia alami. Saya tidak sedang membahas apakah
pendapat ini salah atau benar tapi yang jelas Nabi Saw telah bersabda juga yang
maksudnya kurang lebih bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci) dan kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak-anaknya yahudi, majusi
atau nasrani. Apakah anak-anak kita kelak akan menjadi seorang yang shalih,
dermawan, durhaka, dan apapun bentuknya nanti.
Entah bagaimana teori ini
lahir, apakah filsul inggris ini sempat mengintip sabda Nabi atau seperti apa,
akan tetapi dipungkiri atau tidak bahwa nilia-nilai universal akan selalu
selaras, apapun bentuk dan wujudnya.
Oke, kita kembali ke jalan yang
benar. Kita sedang membahas mengenai bagaimana peran Anda sebagai orang tua dan
bagaiamana seharusnya Anda menjalankan peran Anda dengan sebaik-baiknya.
Pendapat di atas jelas walaupun kita juga tidak membenarkan seratus persen akan
kebenarannya, tapi coba kita pikir kembali apa benar kita para orangtua
memiliki andil besar dalam perkembangan anak-anak kita.
Yah, bagaimana mungkin juga
kita yang selama berhari-hari atau bahkan selama hidupnya mereka bersama kita
tidak terpengaruh oleh perilaku kita?. Sepertinya naif kalau kita mengatakan
‘mungkin’. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kita lah yang selama ini
mewarnai sifat, sikap, perilaku dan karakter mereka. Bagaimana tidak, setiap
hari dalam hidupnya perilaku kita seharianlah yang dapat ia lihat dan ia tiru
keseluruhannya. Tak ada orang lain. Kalaupun ada paling juga orangtua yang
serumah dengan kita, saudara-saudara kita yang prosentasenya tentu lebih
sedikit dibandingkan dengan kita yang dari bangun sampai tidur bersama dengan
kita.
Dan itu tentu kemampuan
mempengaruhinya juga jauh lebih kecil dari kita para orangtua. Berfikir
sejenak... ting...ting... kalau sadar peran kita berupa perilaku kita seharian
sangat berpengaruh bagi perkembangan sikap dan karakter dia, kenapa kita masih
diam? Membiarkan ia dengan mata telanjang melihat kelakukan kita yang.....agak
sedikit kurang baik.. kita hindarkan mereka dari contoh perilaku kurang baik.
Perilaku yang akan menjadi karakter dia ke depan. Apa lagi sampai menyuruh atau
mengajarkannya. Baru ingat yah, kalau Anda menyuruh dia bohong untuk
menyelamatkan Anda? Nah lho,,,
Dalam teori imitasi, perilaku
apa saja yang kita tampilkan kepada anak-anak kita, baik disadari atau tidak
adalah apa yang kita ajarkan yang kelak akan menjadi perilaku mereka juga. Kita
akan merasa bahagia, manakala kebiakan yang kita lakukan menjadi hiasan
perilaku mereka kelak mereka dewasa. Namun, apakah kita akan merasa senang jika
yang mereka tiru adalah kebiasaan dan perilaku buruk kita?. Itu sebabnya, saat kita
para orangtua memiliki masalah hendaknya disimpan dan diselesaikan di dalam
kamar saja, apalagi sampai keluar kata-kata kasar, keras dan tak jarang
kata-kata yang tak pantas untuk kita sodorkan kepada pasangan jidup.
Kita coba mulai dari sekarang,
menelanjangi (menilai/introspeksi diri) diri kita dengan jujur. Kita
perhatikan, barangkali banyak dari sikap ‘tidak baik’ kita dilihat dia dengan
bebas. Karena itu akan menjadi benih-benih karakter yang kurang mendidik.
Sangat fatal kalau sikap yang kita contohkan adalah sikap yang tidak kita
harapkan tumbuh dan berkembang padanya. Segera lakukan perbaikan. Perlihatkan
suri tauladan yang TERBAIK bagi dia. Karena Andalah role model bagi anak-anak
Anda.
Mungkin itulah mengapa Allah
sekaligus (satu paket) menjadikan Muhammad Saw sebagai uswatun hasanah (suri
tauladan) atas perintahnya dalam Al-Qur’an. Memang harus demikian, memberikan
perintah hendaknya disertai dengan contoh atau model yang riil yang langsung
dapat dicontoh dan dipraktikkan secara langsung oleh ‘sasaran didik’. Dengan
demikian tak perlu banyak berdebat soal tafsir atas perintah yang kita
lontarkan. HATI-HATI, karena perintah yang kita lempar TANPA disertai contoh
teladan tidak akan memberikan sinyal tangkap yang bagus alias dapat diterima
anak bahkan balik menimpuk diri kita sendiri dan dia akan nerocos memprotes.
Dan di saat itulah kita akan kebingungan dan kehilangan harkat dan martabat
kita sebagai orang tua, gawat.
Perilaku yang nampak cenderung
lebih bisa dibenarkan dari pada sederet kalimat indah yang kita susun untuk
membuatnya menjadi anak yang baik dan shalih. Satu gerakan contoh kebaikan akan
lebih dan sangat bermakna dari pada segudang kata perintah dan larangan yang
kita luncurkan.
Kalau Rasulullah merupakan satu
contoh pribadi yang sempurna untuk para umatnya yang dapat ditiru dan
diterapkan sampai ribuan tahun setelahnya, maka sekarang kitalah yang bermain
menggantikannya untuk kebaikan anak cucu kita kelak. Dan akhirnya akan akan
menjadi jauh lebih terhormat dan terkenang dengan baik, dari pada sebagai
orangtua yang banyak ngomel dan protes terhadap kondisi anak Anda.
Berbahagialah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar