Dialah, anugerah terINDAH
Hari
itu, setelah lima tahun masa penantian dengan berbagai usaha akhirnya datang
juga moment yang paling ditunggu-tunggu Yunus, kelahiran putra pertamanya.
Alangkah bahagia ketika seorang lelaki memiliki keturunan yang akan meneruskan
nasabnya, alangkah bahagianya ketika seorang perempuan melahirkan putranya
tercinta. Apalagi setelah melewati masa penantian dan ujian serta usaha yang
panjang dan berjibaku. Bahkan ada yang bilang seorang lelaki tidak akan
sempurna kelekiannya manakala ia belum memiliki keturunan. Dan seorang
perempuan tidak bisa dikatakan perempuan manakal ia belum melahirkan seorang
anak. Benar kah demikian?.
Begitu
juga yang dialami oleh Sofia Zulaikha, setelah delapan tahun lebih menunggu dan
berharap akan kehamilannya. Sungguh bahaginya waktu dokter yang memeriksanya
menyatakan bahwa Ia telah hamil, ya, hamil, mengandung. Harapan dan impian yang
selama ini Ia idam-idamkan. Yang sekaligus mematahkan anggapan bahwa ia bukan
perempuan mandul, perempuan yang tidak bisa melahirkan anak kandung.
Yah
kurang lebih begitulah perjalanan panjang sepasang suami istri yang begitu
mendambakan buah hati yang tak kunjung datang. Meskipun dua cerita di atas saya
sarikan dari sebuah novel, yang saya tidak tahu apakah itu murni fiktif atau
semi fiktif, tetapi yang jelas cerita semacam itu jamak terjadi di kehidupan
nyata, bahkan di kehidupan di sekitar kita sendiri. Bagaimana perjuangan
seorang yang tidak mampu melahirkan keturunan, bahkan sampai mereka tua dan
akhirnya meninggal tanp meninggalkan seorang keturunanpun. Tentu merupakan satu
kesedihan tersendiri yang tak akan pernah berakhir. Karena artinya ia tidak
akan memiliki keturunan dari darah dagingnya sendiri, tidak akan memiliki
penerus yang akan meneruskan nama besarnya kelak. Ibarat kiamat yang telah
sangat jelas berada di depan matanya.
Ayah
dan Bunda yang dirahmati Allah, begitu beruntung dan bahagianya kita karena
kita diberikan anugerah terindah dari Tuhan yang Maha Indah, yakni putra-putri
tercinta. Yang selama ini menghiasi kehidupan kita, mengisi kesepian, yang
dengan kehadirannya menjadi penawar ketika kita stres menghadapi persoalan
hidup yang tak kunjug selesai. Menjadi obat ketika kita capai dan suntuk dengan
pekerjaan dan aktifitas seharian yang melelahkan. Untuk siapa sebenarnya
seluruh waktu, tenaga, dan pikiran kita kita peras untuk mendapatkan rizki.
Untuk mereka semata bukan. Untuk kebahagiaan dan kebutuhannya yang semakin
menggunung. Bahkan pada beberapa waktu yang lalu, terbit sebuah berita yang
sungguh memilukan bahwa ada seorang ayah yang rela menjual satu ginjalnya untuk
menebus ijazah anaknya yang disita oleh pihak sekolah karena tak mampu membayar
biaya pendidikan anaknya.
Para
Ibu tentu juga tidak akan pernah lupa, bagaiamana pengorbanannya ketika Ia harus
melahirkan sang jabang bayi, begitu berat dan penuh pengorbanan, bahkan nyawa
sendiri taruhannya. Belum lagi semasa Anda, para orangtua membesarkannya dari
semenjak bayi hingga sampai sekarang ini yang entah berapa usianya sekarang.
Tentu sangat-sangat melelahkan dan penuh pengorbanan. Apakah Anda akan
menyia-nyiakan anugerah dariNya dan pengorbanan Anda selama ini dengan tidak
mendidiknya dengan baik.
Sudah
seharusnya proses yang panjang dan melelahkan ini tidak Anda sia-siakan begitu
saja. Setiap sesuatu yang begitu berharga, terlebih buah hati yang selama ini
Anda besarkan. Mereka (anak-anak kita) adalah permata hati, yang akan menghiasi
kehidupan kita kini, nanti, dan terlebih saat kita para orangtua pindah ke alam
abadi. Ia benar-benar akan menjadi permata hati kalau kita memeliharanya
sebagaimana permata butuhkan, yakni dengan penuh perhatian kasih sayang dan
cinta yang penuh.
Ia
akan menjadi pribadi yang menyejukkan mata kelak mereka dewasa kalau kita
berhasil mendidiknya dengan sepenuh hati. Mereka akan menjadi kebanggaan
manakala kita telah membekalinya dengan keterampilan hidup yang mereka
butuhkan, bukan sekedar membiayai sekolahnya semata. Mereka akan menjadi
penentram hati manakala kita telah menanamkan sifat-sifat terpuji di dalam
hatinya. Mereka akan menjadi penolong ketika kita terpeleset jurang akhirat
manakala kita telah berhasil menanamkan nilai-nilai luhur agama yang selalu
menghiasi masa hidupnya. Ya, keshalihannya adalah keberhasilan Anda para
orangtua. Semua tergantung tergantung pada Anda dalam mewujudkan itu semua. Ketentraman
di hari tua atau bahkan di bumi yang selanjutnya kalau Anda telah berhasil
mengantarkannya pada tahapan-tahapan sebelumnya. Dan Anda tinggal melihat
kebahagiaan demi kebahagiaan yang akan Anda nikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar