SELAMAT DATANG di CharrorS Blog# Tempat Belajar# Sharing# dan berbagi Informasi dan Berita

Selamat Datang Di charrors Blog, tempat belajar, tempat berbagi info dan data

Jumat, 28 Oktober 2016

Resensi Buku STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE



Resensi Buku
STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE
Oleh: Mucharror, S.Pd.I
NIM: 12010160034







Penulis :Zakiyuddin Baidhawy
Penerbit : Insan Madani
Jumlah Halaman : 314
Tahun Pertama Terbit : 2011

Perkembangan kontemporer mengenai kajian keislaman (berikut spesialisasi kajian yang beragam) mengalami peningkatan yang sangat mengagumkan. Bukan hanya terjadi di kalangan muslim saja, akan tetapi juga di negara barat yang notabenenya bukan negerinya kaum muslim. Ada banyak hal yang melatarbelakangai hal ini, salah satunya adalah karena kajian keislaman secara langsung atau tak langsung terlibat dengan fenomena sosial yang ada di dunia yang tentunya memiliki dampak negatif maupun positif.
Secara garis besar, buku ini mengulas tentang metodologi pengajian Islam secara umum. Berawal dari kajian yang teks (filologi) sebagai dasar pengkajian Islam dari sisi internal yakni; model kajian ilmu kalam, Tasawuf, hukum islam, penafsiran teks suci, kajian kependidikan islam, pemikiran di dunia islam, model kajian politik, dan ditutup dengan metodologi pengkajian studi islam menggunakan pendekatan ilmiah modern (khususnya dalam pendekatan ilmu sosial).
Meski sedikit subjektif (mungkin karena penulis adalah pemeluk agama Islam itu sendiri) model pengkajian dalam buku ini sangat variatif, dalam artian pisau analisis yang dipakai cukup beragam. Tidak hanya menggunakan pendekatan internal pengkajian Islam itu sendiri, namun juga kelimuan sosial modern barat. Dan sebagaimana buku teks akademik atau diktat kuliah lainnya, alur penulisan dari bab awal sampai akhir tersusun runtut dan rapi sehingga pembaca diajak mengetahui bagaimana studi islam itu dipelajari sampai pada tataran aplikatif pada fenomena sosial yang bersinggungan dengannya. Misalnya pada bab ke tiga belas yang mengulas sedikit banyak tentang demokrasi dan globalisasi. Pembaca mungkin akan mengira tak ada korelasinya antara studi islam dengan demokrasi, akan tetapi jika membacanya dengan runtut per bab maka di situlah pembaca akan memahami secara jelas bagaiamana korelasi/ hubungan antara islam dan fenomena sosial yang disajikan.
Di sini penulis akan meresensi isi buku ini dengan bahasan setiap bab secara runtut sesuai isi buku, agar pembaca sedikit banyak bisa menangkap gambaran umum dan memahami secara utuh. Sebagaiamana umumnya buku teks akademik, penulis buku ini memulainya dari pengkajian makna etimologis/terminologis dari tema yang diangkat. Ini tentunya dimaksudkan agar pembaca nantinya bisa memahami dan memberikan batasan cakupan yang akan dibahas keseluruhannnya dalam buku ini. Dengan demikian akan menjadi jelas kajian utama sehingga tidak menimbulkan multitafsir yang mengarah kepada kesalahan pemahaman. Ini cukup efektif terutama untuk menarik pembaca untuk mencari tahu dan membaca keseluruhan bab dari isi buku, seklaigus membuka paradigma tentang sebuah bahasan. Terlebih di sini penulis bukan hanya menyajikan teks-teks akademik yang kadang mati, tetapi juga menyajikan implikasi dari sebuah kajian ke dalam kebutuhan yang nyata.
Dua bab selanjutnya (bab empat dan lima) penulis membuat frame pemahaman yang dibingkai dalam sebuah kajian literal klasik yang bersumber dari epistemologi Islam. Mungkin sedikit terlihat subjektif memang, akan tetapi ia memiliki nilai positif yakni dengan memotret sebuah kajian dari dalam akan menjadikannya terpotret secara utuh. Hal ini juga yang menjadi poin plus untuk penelitian partisipatoris. Penjelasan dua bab ini terasa kurang spesial memang, terutama bagi mereka yang mendalami secara khusus kajian teks atau biasa dikenal dengan tradisi bayani, akan tetapi untuk kajian keislaman secara umum ini sudah sangat membantu terutama sebagai pembuka frame awal sebuah kajian teks suci (al-Qur’an dan hadis).
Satu hal menjadi titik poin pada kajian teks pada bab ini adalah studi komparasi antara metode tradisional yang berasal dari islam dan metode kajian teks modern yang lebih objektif. Terjadi perbedaan antara mereka berdua dalam melihat sebuah teks, dimana sarjana muslim melihat teks suci sebagai teks hidup, sedangka sarjana barat melihatnya sebagai teks mati, dimana ia (teks suci) disamakan dengan teks-teks pada umumnya. Poin beda inilah yang menjadikan kajian teks islam di sini berdialektika sehingga menghasilkan pemahaman yang benar-benar baru bagi dunia islam. Dari sinilah kelimuan islam berkembang
Pada bab selanjutnya, yakni bab enam dan tujuh yang membahas mengenai model kajian ilmu kalam dan model kajian ilmu tasawuf cukup memberikan pemahaman yang cukup bagi pembaca, meski masih diperlukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai setiap bab yang ingin didalami. Maka sebagaimana pada bab yang lain perlu digunakan buku pendukung lain yang lebih terfokus pada pembahasan yang terkait. Akan tetapi secara umum kajian keislaman sudah cukup untuk memjadi rujukan. Nah di sinilah keuntungan dalam penggunaan buku ini, dimana pembaca tidak perlu menggunakan banyak rujukan saat ada keterbatasan banyak waktu karena dalam satu buku telah memuat berbagai macam model kajian yang cukup.
Satu meodel kajian tafsir terbaru yang diadobsi dari keilmuan tafsir barat juga telah disajikan di sini, yakni pada bab ke sembilan, salah satunya model kajian hermeneutika pembebasan Farid Esack. Sebagaimana telah diketahui bahwa perkembangan keilmua sosial juga mengalami kemajuan yang luar biasan, khususnya dalam bidang kajian penafsiran. Meski masih menjadi perdebatan di kalangan internal Islam itu sendiri, kajian hermeneutika sangat perlu perlu untuk dikaji. Karena menurut saya kalangan internal yang menolak metode kajian hermeneutika belum memiliki alasan yang bisa dipertimbangakan secara kademik, mereka hanya berasumsikan subjektifitas dimana subjektifitas hendaknya tidak memasuki ranah keilmuan murni, termasuk juga keilmuan Islam itu sendiri.
Pada bab yang selanjutnya bab ke sepuluh, sebelas, dan duabelas, yakni membahas mengenai kajian filsafat, kajian pemikiran, dan politik Islam menjadi poin plus lain. Dimana kajian filsafat menjadikan seorang ilmuan di bidang Islamic Studies tidak mengalami stagnasi baik dalam materi dan metodologisnya. Begitu juga bab pemikiran Islam, terutama yang sekarang ini berkembang di dunia Islam maka ia perlu dikaji secara mendalam. Ini tidak lepas bahwa metodologi dan pemikiran adalah satu disiplin tersendiri yang mendukung sebuah kajian keislaman yang bebas dari nilai. Maka dengan begitu ia dapat digunakan dalam berbagai disiplin keilmuan. Begitu juga dengan pembahasan mengenai perpolitikan di dunia Islam.
Pada bab ke sebelas yang membahas mengenai model kajian pendidikan juga tidak terlepas dari kajian keislaman modern. Tak lain karena  pendidikan merupan bagian terpenting an tak lepas dari transformasi keilmua Islam. Pada buku ini dtutup dengan beberapa metodologi kajian keislaman modern, imungkin penulis buku berharap akan munculnya pengkajian keilmuan islam yang lebih kompleks, mutakhir, dan kekinian terkait dengan permasalahan sosial di dunia Islam.
Kekurangan dan kelebihan;
Penulis sangat merekomendasikan membaca buku ini bagi para pengkajian Islam yang lebih mendalam, terutama untuk kalangan akademisi, baik mahasiswa maupun dosen.Skema pengkajian keislaman terarah dan akhirnya mampu memberikan sumbangan pemikiran baru di dunia Islam adalah tujuan kahir sebuah pengkajian islamic studies ini. Hanya saja untuk memahami secara lebih mendalam, penulis (perensensi) merekomendasikan juga untuk melengkapi kajian keislaman ini dengan buku-buku yang relefan dan tentunya lebih spesifik sesuai dengan spesialisasi kajian terkini.

Resensi Buku STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE



Resensi Buku
STUDI ISLAM PENDEKATAN DAN METODE
Oleh: Mucharror, S.Pd.I
NIM: 12010160034

Penulis :Zakiyuddin Baidhawy
Penerbit : Insan Madani
Jumlah Halaman : 314
Tahun Pertama Terbit : 2011

Perkembangan kontemporer mengenai kajian keislaman (berikut spesialisasi kajian yang beragam) mengalami peningkatan yang sangat mengagumkan. Bukan hanya terjadi di kalangan muslim saja, akan tetapi juga di negara barat yang notabenenya bukan negerinya kaum muslim. Ada banyak hal yang melatarbelakangai hal ini, salah satunya adalah karena kajian keislaman secara langsung atau tak langsung terlibat dengan fenomena sosial yang ada di dunia yang tentunya memiliki dampak negatif maupun positif.
Secara garis besar, buku ini mengulas tentang metodologi pengajian Islam secara umum. Berawal dari kajian yang teks (filologi) sebagai dasar pengkajian Islam dari sisi internal yakni; model kajian ilmu kalam, Tasawuf, hukum islam, penafsiran teks suci, kajian kependidikan islam, pemikiran di dunia islam, model kajian politik, dan ditutup dengan metodologi pengkajian studi islam menggunakan pendekatan ilmiah modern (khususnya dalam pendekatan ilmu sosial).
Meski sedikit subjektif (mungkin karena penulis adalah pemeluk agama Islam itu sendiri) model pengkajian dalam buku ini sangat variatif, dalam artian pisau analisis yang dipakai cukup beragam. Tidak hanya menggunakan pendekatan internal pengkajian Islam itu sendiri, namun juga kelimuan sosial modern barat. Dan sebagaimana buku teks akademik atau diktat kuliah lainnya, alur penulisan dari bab awal sampai akhir tersusun runtut dan rapi sehingga pembaca diajak mengetahui bagaimana studi islam itu dipelajari sampai pada tataran aplikatif pada fenomena sosial yang bersinggungan dengannya. Misalnya pada bab ke tiga belas yang mengulas sedikit banyak tentang demokrasi dan globalisasi. Pembaca mungkin akan mengira tak ada korelasinya antara studi islam dengan demokrasi, akan tetapi jika membacanya dengan runtut per bab maka di situlah pembaca akan memahami secara jelas bagaiamana korelasi/ hubungan antara islam dan fenomena sosial yang disajikan.
Di sini penulis akan meresensi isi buku ini dengan bahasan setiap bab secara runtut sesuai isi buku, agar pembaca sedikit banyak bisa menangkap gambaran umum dan memahami secara utuh. Sebagaiamana umumnya buku teks akademik, penulis buku ini memulainya dari pengkajian makna etimologis/terminologis dari tema yang diangkat. Ini tentunya dimaksudkan agar pembaca nantinya bisa memahami dan memberikan batasan cakupan yang akan dibahas keseluruhannnya dalam buku ini. Dengan demikian akan menjadi jelas kajian utama sehingga tidak menimbulkan multitafsir yang mengarah kepada kesalahan pemahaman. Ini cukup efektif terutama untuk menarik pembaca untuk mencari tahu dan membaca keseluruhan bab dari isi buku, seklaigus membuka paradigma tentang sebuah bahasan. Terlebih di sini penulis bukan hanya menyajikan teks-teks akademik yang kadang mati, tetapi juga menyajikan implikasi dari sebuah kajian ke dalam kebutuhan yang nyata.
Dua bab selanjutnya (bab empat dan lima) penulis membuat frame pemahaman yang dibingkai dalam sebuah kajian literal klasik yang bersumber dari epistemologi Islam. Mungkin sedikit terlihat subjektif memang, akan tetapi ia memiliki nilai positif yakni dengan memotret sebuah kajian dari dalam akan menjadikannya terpotret secara utuh. Hal ini juga yang menjadi poin plus untuk penelitian partisipatoris. Penjelasan dua bab ini terasa kurang spesial memang, terutama bagi mereka yang mendalami secara khusus kajian teks atau biasa dikenal dengan tradisi bayani, akan tetapi untuk kajian keislaman secara umum ini sudah sangat membantu terutama sebagai pembuka frame awal sebuah kajian teks suci (al-Qur’an dan hadis).
Satu hal menjadi titik poin pada kajian teks pada bab ini adalah studi komparasi antara metode tradisional yang berasal dari islam dan metode kajian teks modern yang lebih objektif. Terjadi perbedaan antara mereka berdua dalam melihat sebuah teks, dimana sarjana muslim melihat teks suci sebagai teks hidup, sedangka sarjana barat melihatnya sebagai teks mati, dimana ia (teks suci) disamakan dengan teks-teks pada umumnya. Poin beda inilah yang menjadikan kajian teks islam di sini berdialektika sehingga menghasilkan pemahaman yang benar-benar baru bagi dunia islam. Dari sinilah kelimuan islam berkembang
Pada bab selanjutnya, yakni bab enam dan tujuh yang membahas mengenai model kajian ilmu kalam dan model kajian ilmu tasawuf cukup memberikan pemahaman yang cukup bagi pembaca, meski masih diperlukan pengkajian yang lebih mendalam mengenai setiap bab yang ingin didalami. Maka sebagaimana pada bab yang lain perlu digunakan buku pendukung lain yang lebih terfokus pada pembahasan yang terkait. Akan tetapi secara umum kajian keislaman sudah cukup untuk memjadi rujukan. Nah di sinilah keuntungan dalam penggunaan buku ini, dimana pembaca tidak perlu menggunakan banyak rujukan saat ada keterbatasan banyak waktu karena dalam satu buku telah memuat berbagai macam model kajian yang cukup.
Satu meodel kajian tafsir terbaru yang diadobsi dari keilmuan tafsir barat juga telah disajikan di sini, yakni pada bab ke sembilan, salah satunya model kajian hermeneutika pembebasan Farid Esack. Sebagaimana telah diketahui bahwa perkembangan keilmua sosial juga mengalami kemajuan yang luar biasan, khususnya dalam bidang kajian penafsiran. Meski masih menjadi perdebatan di kalangan internal Islam itu sendiri, kajian hermeneutika sangat perlu perlu untuk dikaji. Karena menurut saya kalangan internal yang menolak metode kajian hermeneutika belum memiliki alasan yang bisa dipertimbangakan secara kademik, mereka hanya berasumsikan subjektifitas dimana subjektifitas hendaknya tidak memasuki ranah keilmuan murni, termasuk juga keilmuan Islam itu sendiri.
Pada bab yang selanjutnya bab ke sepuluh, sebelas, dan duabelas, yakni membahas mengenai kajian filsafat, kajian pemikiran, dan politik Islam menjadi poin plus lain. Dimana kajian filsafat menjadikan seorang ilmuan di bidang Islamic Studies tidak mengalami stagnasi baik dalam materi dan metodologisnya. Begitu juga bab pemikiran Islam, terutama yang sekarang ini berkembang di dunia Islam maka ia perlu dikaji secara mendalam. Ini tidak lepas bahwa metodologi dan pemikiran adalah satu disiplin tersendiri yang mendukung sebuah kajian keislaman yang bebas dari nilai. Maka dengan begitu ia dapat digunakan dalam berbagai disiplin keilmuan. Begitu juga dengan pembahasan mengenai perpolitikan di dunia Islam.
Pada bab ke sebelas yang membahas mengenai model kajian pendidikan juga tidak terlepas dari kajian keislaman modern. Tak lain karena  pendidikan merupan bagian terpenting an tak lepas dari transformasi keilmua Islam. Pada buku ini dtutup dengan beberapa metodologi kajian keislaman modern, imungkin penulis buku berharap akan munculnya pengkajian keilmuan islam yang lebih kompleks, mutakhir, dan kekinian terkait dengan permasalahan sosial di dunia Islam.
Kekurangan dan kelebihan;
Penulis sangat merekomendasikan membaca buku ini bagi para pengkajian Islam yang lebih mendalam, terutama untuk kalangan akademisi, baik mahasiswa maupun dosen.Skema pengkajian keislaman terarah dan akhirnya mampu memberikan sumbangan pemikiran baru di dunia Islam adalah tujuan kahir sebuah pengkajian islamic studies ini. Hanya saja untuk memahami secara lebih mendalam, penulis (perensensi) merekomendasikan juga untuk melengkapi kajian keislaman ini dengan buku-buku yang relefan dan tentunya lebih spesifik sesuai dengan spesialisasi kajian terkini.