BAB II
KAJIAN TEORI
Manajemen
adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan
dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanafaatan sumber – sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan tertentu. (Hasibun, 2002 : 1 – 2). Sebagai suatu proses pengaturan atau
ketatalaksanaan maka dikenal adanya dua istilah, yaitu fungsi manajemen dan
alat manajemen. Fungsi manajemen dirumuskan George R. Terry ada 4, yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian/lembaga (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengendalian (controlling). Semua proses tersebut dilakukan
dalam rangka mengemban tugas pokok organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Pesantren
merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Pesantren difungsikan
sebagai suatu lembaga yang dipergunakan untuk penyebaran agama, tempat
mempelajari agama islam, mengusahakan pembinaan tenaga-tenaga bagi pengembangan
agama. Kemampuan pondok pesantren bukan hanya dalam pembinaan pribadi muslim,
melainkan dalam usaha mengadakan perubahan sosial dan kemasyarakatan. Sebagai
lembaga sosial pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat
muslim, tanpa membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya.
Pesantren
pada umumnya bersifat mandiri, tidak tergantung kepada pemerintah atau
kekuasaan yang ada. Karena sifat mandirinya itu, pesantren bisa memegang teguh
kemurniannya sebagai lembaga pendidikan Islam. Karena itu, pesantren tidak
mudah disusupi oleh ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan
pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki
3 unsur utama yaitu: 1) Kyai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para
santri; 2) Kurikulum pondok pesantren; dan 3) Sarana peribadatan dan
pendidikan, seperti masjid, rumah kyai, dan pondok,serta sebagian madrasah dan
bengkel-bengkel kerja keterampilan.[1]
Hampir
dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar
yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen dasar pesantren, antara satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut meliputi;
kyai, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang
sering disebut dengan kitab kuning.[2]
Mastuhu
mengklasifikasikan perangkat-perangkat pesantren meliputi aktor atau pelaku
seperti kyai dan santri. Perangkat keras pesantren meliputi mesjid, asrama,
pondok, rumah kyai dan sebagainya. Sementara perangkat lunaknya adalah tujuan
kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, dan alat-alat penunjang pendidikan
lainnya.[3]
Namun demikian elemen-elemen pesantren tergantung pada besar kecilnya, program
pendidikan yang dijalankan pesantren. Untuk pesantren yang berskala kecil dan
hanya sekedar mengelola pondok pesantren saja (baca:Pesantren tradisional),
maka hanya kelima elemen dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren. Dan
kelima elemen inilah yang menjadi objek manajemen.
Kegiatannya
terangkum dalam "Tri Dharma Pondok pesantren" yaitu: 1) Keimanan
danketaqwaan kepada Allah SWT; 2) Pengembangan keilmuan yang bermanfaat;dan 3)
Pengabdian kepada agama, masyarakat, dan negara.
Secara
lebih rinci Abdurahman Wahid menjelaskan, pola umum pendidikan tradisional
meliputi dua aspek utama kehidupan di Pesantren
Pertama
pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam sebuah struktur, metode dan bahkan
literatur yang bersifat tradisional, baik dalam bentuk pendidikan non formal
seperti halaqah maupun pendidikan formal seperti madrasah dengan ragam dan
tingkatannya. Adapun ciri utama dari pendidikan dan pengajaran tradisional
adalah ditekankan pada pengajaran lebih bersifat kepada pemahaman tekstual
(letterlijk atau harfiyah), pendekatan yang digunakan lebih berorientasi pada
penyelesian pembacaan terhadap sebuah kitab atau buku untuk kemudian beralih kepada kitab
berikutnya, dan kurikulumnya tidak bersifat klasikal.
Kedua,
pola umum pendidikan Islam tradisional selalu memelihara sub-kultur pesantren
yang terdiri di atas landasan ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk
ketundukan mutlak kepada ulama, mengutamakan ibadah, memuliakan ustaz atau kyai
demi memperoleh pengetahuan agama yang hakiki.[4]
pemikiran dan operasionalisasi menejemen pendidikan terpadu
akan banyak ditentukan oleh tujuan dan arah keterpaduan, yang menyatakan bahwa
arah pendidikan di Pondok Pesantren saat ini adalah dalam pembinaan IMTAQ,
IPTEK dan Skill fungsional atas dasar kebutuhan. Keterpaduan akan
ditekankan dalam menata manajemen dan implementasinya yang untuk saat ini harus
dimiliki oleh lembaga pendidikan pesantren dengan strategi pengembangan
pendidikan yang telah dirumuskan.
Atas dasar beberapa pemikiran di atas, pembahasan kita berfokus
pada masalah Implementasi dari stategi pendidikan pesantren. Implementasi
merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai, dan sikap.
Pada akhirnya akan membentuk pesantren yang merupakan
bagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utama yaitu: 1)
Kyai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri; 2)
Kurikulum pondok pesantren; dan 3) Sarana peribadatan dan pendidikan,
seperti masjid, rumah kyai, dan pondok serta, sebagian madrasah dan
bengkel-bengkel kerja keterampilan.
A.
Pengembangan
progam
Arus globalisasi yang sekarang ini sudah merambah ke
masyarakar secara menyeluruh, karena itu pesantren pun sekarang dituntut untuk
lebih bisa menyelenggarakan pendidikannya secara lebih profesional dan
terstruktur dengan baik dengan menggunakan kurikulum yang tetap dan terencana.
Sekarang ini banyak sekali pesantren yang selain mempunyai kurikulum pesantren,
juga mengikuti kurikulum diknas, terutama bagi pesantren yang memiliki lembaga
pendidikan madrasah.
Pesantren yang memberlakukan odel pembelajaran seperti
ini biasanya akan lebih siap menhadapi arus globalisasi. Di pagi hari mereka
dituntut untuk mempelajari sains dan teknologi dan pengetahuan kegamaan di
waktu setelahnya. Bahkan sekarang ini banyak juga sekolah umum yang juga
mengadopsi sistem pesantren, yakni yang sekarang ini lebih kita kenal dengan
sistem boarding.
Dalam perkembangannya pesantren diharapkan mempunyai arah
perencanaan pendidikan yang jelas dan terencana, sehingga dapat mencapai tujuan
dari pendidikan pesantren itu sendiri. Pesantren diharapkan memiliki rancangan
program jangka pendek, menengah dan jangka penajang. Diantara hal-hal yang
perlu dikembangkan dalam hubungannya dengan peningkatan mutu pesantren adalah
sebagai berikut ;
1. Kurikulum
Pesantren diharapkan bisa memiliki kurikulum
yang terprogram dengan baik sesuai dengan kebutuhan pesantren itu sendiri.
Selain kurikulum yang menginduk pada DEPDIKNAS, juga memilki kurikulum yang
jelas dalam perencanaan dan pelaksanaannya, sehingga dalam pembelajarannya
sehari-hari dapat menerapkan keefektifan dan efisiensi waktu.
Dalam pelaksaannya kurikulum pesnatren dapat
membagi program kurikulum dalam beberapa bentuk sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh pesantren itu sendiri, contoh dengan merencankan kurikulum jangka
pendek, menengah dan program kurikulum jangka panjang itu tadi.
2. Sarana prasarana
Selama ini pesantren dikenal dengan
penggunaan sarana dan prasarana yang apa adanya. Nah stigma ini harus kita ubah
dengan peningkatan sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang memadai.
Sistem inventarisasi sarana yang lebih terprogram dan terkondisikan, akan lebih
meningkatkan profesionalitas dalam mendukung proses belajar mengejar santri.
3. Tenaga pendidik dan kependidikan
yang profesional
a. Tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan itu sendiri terdiri dari
semua pengurus/pengelola yayasan yang terstruktur dengan baik. Yang terdiri
dari pengurus harian dan semua tenaga yang turut serta mendukung proses belajar
mengajar dalam pesantren itu sendiri. Bahkan sekarang ini banyak sekali
pesantren modern yang dikelola dengan sangat profesional oleh tenaga-tenaga
profesional. Mulai dari ketua yayasan, badan pendukung seperti bisnis yang
profitnya digunakan untuk mendukung proses pendidikan di pesntren tersebut.
b. Tenaga pendidik
Sebuah lembaga pendidikan termasuk pesantren,
akan mengalami peningkatan mutu kependidikan apabila dalam proses belajar
mengajar diampu oleh tenaga pendidik yang yang berkompeten di bidangnya.
Semakin profesional dan kompeten tenaga pendidik, maka semakin baik pula mutu
sebuah kelembagaan. Karena baik tidaknya mutu sebuah lembaga pendidikan, titik
utamnya ada di tangan para asatidz/pendidik itu sendiri.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mendongkrak kemampuan pengajaran itu bisa dengan mengkut sertakan tenaga
pendidikan tersebut dalam diklat-diklat pengembangan mutu ustadz yang diadakan
oleh jaringan instansi kepesantrenan terkait, seperti KEMNAG atau lembaga
swasta lain seperti LP Ma’arif dan yang lainnya.
B.
Pengembangan anggaran keuangan
Pengembangan anggaran keuangan bisa dengan
pengembangan ekonomi mandiri pesantren, salah satunya dengan memilki sebuah
lembaga usaha seperti koperasi dan usaha lain yang diharapkan dengan adanya
pemasukan itu dapat mendukung proses pembelajaran dari segi pembiayaab sehingga
tidak akan terjadi yang namanya keterbengkelaian program pesantren hanya karena
kendala dalam sis pendanaan.
BAB III
HASIL OBSERVASI
A.
SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM “AL FALAH”
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah berdiri pada tahun 1986,
yang dipelopori oleh KH. Zoemri RWS bersama istri beliau Hj. Nyai Latifah.
Pondok pesantren tersebut berdiri diatas tanah milik pribadi yang mendapat
dorongan dari masyarakat sekitar dan pemerintahan kota setempat. KH. Zoemri RWS
pada mulanya menerima dan menampung para santri putra dan putri dari lingkungan
sekitar, yang kemudian diikuti oleh santri putra-putri dari daerah sekitarnya.
Seiring dengan berkembangan zaman, Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah
dituntut pula untuk menampung aspisrasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan
lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun 1990, KH. Zoemri RWS mendirikan madrasah
diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun frekwensi
pendidikan adalah 6 tahun, pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra maupun
putri. Melihat keadaan santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal,
maka pengajian medrasah Diniyah dimulai ba’da Ashar (15.30 WIB), ba’da Magrib
sampai ba’da Isya’ (+ jam 21.00), dan ba’da Subuh sampai jam 6 pagi.
Lima tahun
berikutnya, tepatnya pada tahun 1995
pendidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah menambah kurikulum pembelajaran berupa ekstra
pesantren antara lain : kursus bahasa Inggris, Kaligrafi, Khitobiyah, Qiro’atul
Qu’an, Bahasa Arab, dan Menjahit. Pendidikan ekstra ini didirikan dengan dasar,
santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di masyarakat. Dan
mampu mengubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang.
Sepuluh tahun
kemudian, tepatnya pada tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin
menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun
tersebut didirikan SMK Al Falah dengan dua jurusan Otomotif dan Tata Busana.
B.
LETAK GEOGRAFIS PPTI AL FALAH
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah terletak di Jl Bima No.
2 Dukuh Salatiga terletak di ujung barat kota salatiga; yang berdekatan dengan
kab.Semarang.
C.
DASAR DAN TUJUAN PPTI AL FALAH
a.
Dasar
Al Qur’an dan
As Sunnah merupakan landasan dasar yang dipakai oleh Pondok Pesantren Al Falah
dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran sehingga hasilnya akan lebih
terarah dan fitrah yang dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai
kemungkinan dalam perjalanan peradaban umat manusia dewasa ini. Pemahaman
terhadap Al Qur’an dan As Sunnah tersebut dijabarkan dalam sikap dan perilaku
santri, maka dasar tersebut adalah sebagai berikut :
Dasar atau asas yang akan memberi ruh di Pondok Pesantren Al Falah
Salatiga adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Al Qur’an dan As Sunnah digunakan sebagai neraca dan ukuran dalam
segala pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Dengan dasar dan pengertian tersebut diatas, maka sikap dan
perilaku sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga
harus mencerminkan suatu pelaksanaan disiplin, yaitu disiplin terhadap diri
sendiri dan disiplin terhadap Allah SWT.
b.
Tujuan
Pada dasarnya
tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah mempunyai tujuan yang
sangat signifikan:
Tujuan Umum
Membimbing anak
didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu
agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan
amalnya.
Tujuan Khusus
Ø Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin
sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya (santri)
Ø Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran Ilmu Agama
Islam.
Ø Mengembangkan sikap beragama praktek-praktek beribadah.
Ø Mewujudkan ukhuwah islamiyah dalam pondok pesantren dan sekitarnya.
Ø Memberikan pendidikan dan keterampilan civic dan kesehatan.
Olahraga kepada anak didik.
Ø Mengusahakan perwujudan segala aktivitas dalam pesantren yang
mungkin pencapaian tujuan umum tersebut.
Ø Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan sikap agamawan,
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan
ekologi lingkungan
Ø Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur keilmuan
yang begitu tangguh dan mampu memainkan propertinya pada masyarakat secara
umum.
Ø Menciptakan santri yang berbasis IMTAQ dan IPTEK.
D. STRUKTUR
ORGANISASI
STRUKTUR
KEPENGURUSAN
PONDOK
PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH
PERIODE
2007/2008
PENGASUH
|
Dewan Guru
|
Dewan Keamanan
|
Ketua I
|
Sekretaris I
|
Bendahara I
|
Ketua II
|
Sekretaris II
|
Bendahara II
|
Kebersihan
|
Keamanan
|
Pembantu Umum
|
Diklat
|
Perlengkapan
|
Ketua Komplek A
(Putra)
|
Ketua Komplek B
(Putri)
|
Ketua Komplek C putra put
(Putra)
|
Ketua Komplek D
(Putri)
|
Ketua Komplek C
(Putri)
|
Keterangan :
Pengasuh/pelindung : Bapak K.H. Zoemri RWS
Dewan Keamanan : Ustadz Nur Ahmad Al-Faruqi S.H.I
Dewan Asatidz : Ustadz Edi Romli
Ketua : I Gunawan Laksono. A II Khusnul Khotimah
Sekretaris : I Rohman Amrullah II Erma Nadliyatul. F
Bendahara : I Ahmad Dayu. M II Nazdhiroh Nur. Ch
Seksi-Seksi
- Kebersihan : I Nur Ahdian
II Siti Malikah
III Hanifah
- Keamanan : I Ali Musta’in
II Adib Fauzan
III Umi Mu’allimah
·
Diklat : I Muhammad Arifin
II Subhan Masykuri
III
Imama Qudrotul. A
IV Indah Ziyadatul. A
- Perlengkapan : I M. Fathurrohman
II Endarti
- Ketua
Komplek
- Komplek A : Rahmat Yuli. S
- Komplek C (Pa): Munawir
- Komplek B+D: Khayyaulinnajah
- Komplek C(Pi):Nur Hasanah
E.
SISTEM
PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL FALAH
Adapun sistem yang digunakan untuk mendalami
kitab-kitab kuning adalah :
a.
Sistem Sorogan
sorogan adalah
berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri
bergilir menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau badal (pembantunya).
b.
Sistem Weton
Sistem weton
atau biasa disebut juga bandungan atau halaqah, yaitu dimana para santri
mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai atau dalam ruangan (kelas)
dan Kyai menerangkan penjelasan secara kuliah. Para santri menyimak kitab
masing-masing dn membuat catatan atau dengan memberi catatan pada kitabnya
untuk mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh Kyai.
F.
KELEMBAGAAN
Keberadaan Pondok Pesantren Al Falah di tengah-tengah
masyarakat semakin dikenal baik di lingkungan Salatiga. Kenyataan ini mendorong
untuk berupaya melayani seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kebutuhan,
mulai dari masalah sosial, keagamaan/kemasyarakatan, pendidikan dan lainnya.
Upaya-upaya yang telah dilakukan diantaranya
mendirikan Madrasah Diniyah Pondok Pesantren. Lama pendidikan adalah 6 tahun.
Pendidikan Diniyah tersebut wajib diikuti oleh semua santri tanpa terkecuali.
Di samping itu pada tahun 2005 didirikan SMK Al Falah dengan dua jurusan, yaitu
jurusan otomotif dan tatabusana. SMK ini menggunakan kurikulum Pendidikan
Nasional.
a.
Materi dan Kurikulum
Digunakannya
materi dan kurikulum ini adalah dengan harapan agar tujuan yang hendak dicapai
dapat terarah dan bisa direalisasikan. Demikian halnya materi dan kurikulum
yang diberikan di Pondok Pesantren (Madrasah Diniyah) Al Falah adalah sebagai
berikut:
Tingkat Dasar
(Kelas I Ula)
Diberikan
kepada santri awal sebagai dasar dalam mempelajari agama di Pondok Pesantren Al
Falah ini. Pada tahap awal materi yang diajarkan antara lain :
Sifaul Jinan
|
Ø Risalatul Mahidh
|
Risalatul
Quro’
|
Ø Tuhfatul
Athfal
|
Aqidatul Awam
|
Ø Alala
|
Fasholatan
|
Ø Bahasa Arab
|
Al Qur’an
|
Kelas II Ula
Setelah
menamatkan tingkat dasar, maka para santri melanjutkan ke tingkat II, yakni
Kelas II Ula. Adapun materi yang diajarkan di tingkat II ini antara lain :
Ø Ta’limul
Muta’alim
Ø Bahasa Arab
Ø Safinatun Najah
Ø Al Qur’an
Ø Aswaja
Kelas III Ula
Setelah
menamatkan tingkat II, maka santri melanjutkan ke tingka setelahnya, yaitu
Kelas III Ula. Adapun materi yang diajarkan di Kelas III Ula tersebut adalah :
Ø Al Jurumiyah
Ø Amsilatut
tasrifiyah
Ø Sulam Taufiq
Ø Arba’in Nawawi
Kelas I Wustho
Setelah
menamatkan Kelas III Ula, maka snatri melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,
yaitu kelas I Wustho. Adapun pelajaran yang diterima santri di Kelas I Wustho
adalah sebagai berikut :
Ø Al Imrithi
Ø Matnul Ghoyah
Ø Qowaidul I’rob
Kelas II Wustho
Kelas lanjutan
setelah Kelas I Wustho adalah Kelas II Wustho, adapun pelajarannya yaitu:
Ø Al Fiyah I
Ø Fathul Mu’in
Kelas III
Wustho
Tingkat Kelas
III wustho merupakan kelas yang tertinggi di Pondok Pesantren Al Falah. Adapun
materi yang diajarkan di kelas tertinggi adalah :
Ø Al Fiyah II
Ø Fathul Wahab
Dari tingkat kelas I Ula sampai Kelas III
Wustho tersebut dilaksanakan pada waktu yang bersamaan yaitu pada :
Ba’da ashar,
mulai pukul 15.30 WIB – 17.00 WIB
Ba’da Isya’,
mulai pukul 19.15 WIB – 20.30 WIB
Ba’da Subuh, mulai
pukul 05.00 WIB – 06.00 WIB
G.
MATERI DAN
KURIKULUM SMK AL FALAH
Kurikulum yang
ada di SMK Al Falah dengan dua jurusan, yaitu otomotif dan tata busana yang
mengikuti Kurikulum Pendidikan Nasional dan Kurikulum Pondok Pesantren.
H.
SARANA DAN
PRASARANA
Unit-unit bangunan komplek Pondok (Madrasah
Diniyah) dan SMK Al Falah yang terletak di Jalan Bima, No. 2, Kelurahan Dukuh,
Kota Salatiga berada di atas tanah seluas + 4.000 m2, yang statusnya
adalah hak milik yayasan AL Falah. Adapun mengenai sarana dan prasarana yang
ada di Pondok Pesantren dan SMK Al Falah adalah sebagai berikut :
a.
Musholla, dengan luas bangunan 12 x 12 m.: 2
mushola
b.
Asrama komplek A dengan luas bangunan 4 x 9 m :
5 ruang
c.
Asrama komplek B, dengan luas bangunan 8 x 24 m
:10 ruang
d.
Asrama komplek C putra dan putri, dengan luas
bangunan : 8 ruang
e.
Asrama komplek D, dengan luas bangunan : 2
ruang besar
f.
Gedung madrasah
g.
Sarana-sarana yang lain; Kamar mandi, WC, Dapur,
Ruang perpustakaan, Ruang koperasi, Ruang kantor/ruang tamu
BAB IV
ANALISIS
PEMBAHASAN
Pesantren sebagai tempat pendidikan agama
memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan
masyarakat. Pada umumnya,pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi
ini menuntut adanya perandan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan
situasi dan kondisi masyarakat,bangsa, dan negara yang terus berkembang. Sementara
itu, sebagai suatukomunitas, pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat mengingat pesantren merupakan
kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Kiprah pesantren dalam berbagai hal
sangat amat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi contoh utama
adalah, selain pembentukan dan terbentuknya kader-kader ulama dan pengembangan
keilmuan Islam Ada tiga hal yang dikuatkan dalam pesantren, yaitu:
1.
Tamaddun yaitu memajukan pesantren.
2.
Tsaqafah, yaitu
bagaimana memberikan pencerahankepada umat Islam agar kreatif-produktif, dengan
tidak melupakan orisinalitasajaran Islam. Misalnya akrab dengan komputer dan
berbagai ilmu pengetahuanserta sains modern lainnya.
3.
Hadharah, yaitu membangun
budaya., bagaimana budaya kita dapat diwarnai oleh jiwa dan tradisi Islam,
pesantren diharap mampu mengembangkan dan mempengaruhi tradisi yang bersemangat
Islam di tengah hembusan dan pengaruh dahsyat globalisasi yang berupaya menyeragamkan
budaya melalui produk-produk teknologi.
Ada beberapa hal dalam melakukan pengembangan
pesantren, yaitu:
1.
Image pesantren
sebagai sebuah lembaga pendidikan yang tradisional,tidak modern, informal, dan
bahkan teropinikan sebagai lembaga yang melahirkan terorisme, telah mempengaruhi pola pikir
masyarakat untuk meninggalkan dunia pesantren.
2.
Sarana dan
prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai. Bukan saja dari segi
infrastruktur bangunan yang harus segera dibenahi, melainkan terdapat pula yang
masih kekurangan ruangan pondok (asrama) sebagai tempat menetapnya santri.
3.
Sumber daya
manusia.
4.
Aksesibilitas
dan networking.
5.
Manajemen
kelembagaan yang merupakan unsur penting dalam pengelolaan pesantren.
6.
Kemandirian ekonomi kelembagaan.
7.
Kurikulum yang
berorientasi life skills santri dan masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Melihat
tantangan global yang semakin komplek setia lembaga pendidikan dituntut untuk
bisa bertahan dan bisa lebih profesional. termasuk pesantren mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan diri. Baik dalam segi pembelajaran
sehari-harinya maupun dalam segi pengelolaannya.
Dengan
usaha pengelolaan yang terstruktur dan terencana, sebuah pesantren bukan tidak
mungkin akan menjadi lembaga pendidikan percontohan bagi lembaga pendidikan
yang saat ini sedang mengalami ketidakjelasan tujuan yang akhirnya tidak bisa
secara maksimal mendukung membangun bangsa. Karena selama ini lembaga
pendidikan kita sedang kehilangan ‘ruh’ kependidikannya.
Dengan
munculnya pesantren modern diharapkan akan mampu menjawab tangtangan zaman,
yang bukan hanya mampu secara intelegensi tapi juga unggul dalam spiritual dan
emosional.
B. SARAN
Sebagai sebuah
lembaga pendidikan tertua sekaligus merupakan jantung pendidikan karakter di
tanah air, hendaknya sebuah lembaga pendidikan pesantren tidak menutup mata
untuk ikut berperan serta dalam menyikapi permasalah kontemporer yang semakin
komplek. Bukan hanya sebatas memberikan saran berupa kajian teoritik tetapi
juga dunia praktis dalam pergulatan dunia global sains maupun teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
A.halim et all. Manajemen Pesantren. Yogyakarta 2005.
Pustaka Pesantren,
Bodnar ,Goerge H. dan William S. Hopwood : Sistem Informasi akuntansi. Jakarta 2001,bumi aksara
Bodnar ,Goerge H. dan William S. Hopwood : Sistem Informasi akuntansi. Jakarta 2001,bumi aksara
Amin
Haedari, dkk, 2004, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan
Kompleksitas global, (Cet, 1; Jakarta: IRD Press.
Fatah, Nanang, ekonomi dan pembiayaan pendidikan.
Bandung 2000. remaja rosda karya Masyhud,
Sulthon et all. Manajemen pondok Pesantren. Jakarta 2003, Diva pustaka
Partanto Pius A & M Dahlan al-Barry. Kamus ilmiyah populer. Surabaya 1994 arkola surabaya
Partanto Pius A & M Dahlan al-Barry. Kamus ilmiyah populer. Surabaya 1994 arkola surabaya
___________, landasan manajemen penddikan.
Bandung 2000. remaja rosda karya
Riyanto, Bambang : Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta 2006, Bumi aksara Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsurmdan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994
Riyanto, Bambang : Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta 2006, Bumi aksara Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsurmdan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994
Mulyana, menjadi kepala sekolah professional.
Bandung 2003. Remaja rosda karya
Rofiq
dkk., 2005, Pemberdayaan Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Wahid,
Abdurahman, Kepemimpinan Dalam Pengembangangan Pesantren dalam Bunga Rampai
Pesantren, Jakarta: CV Dharma Bhakti, tt
[1] Rofiq
dkk.,Pemberdayaan Pesantren, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 5.
[2] Amin
Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan
Kompleksitas global, (Cet, 1; Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 25.
[3] Mastuhu,
Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994) hlm. 20-25
[4]
Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta: dharma Bhakti, tt)
hlm. 73-74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar