Tumbuhkan Sikap Tanggung
Jawab
Sunggguh tragis kisah sahabat saya ini, sebut
saja “juliet”. Di usianya yang masih sangat belia (tiga belas-an tahun),
sebagai seorang anak perempuan, ia harus pergi dari rumahnya karena diusir oleh
orangtuanya. Saya tidak akan membahas permasalahan apa yang sampai menjadikan
ia diusir. Tanpa bekal yang cukup, ia harus pergi dari rumah seorang diri dan
tanpa tujuan yang jelas.
Tak tahu saya, apa yang ada di benak sang ibu
sampai ia tega mengusir anak kandung perempuannya sendiri. Padahal dalam
pandangan teman-teman dan para tetangganya, ia adalah seorang anak yang sangat
rajin dan patuh pada orangtuanya. Di sekolahpun ia cukup pintar. Memang di
zaman yang sudah edan ini, permasalahan seperti ini merupakan hal lumrah dan
sering kita dapati di mana saja. Bahkan di media, peristiwa serupa menghiasi
setiap hari layar kaca yang menyajikan berita-berita ketidak beresan moral
karena kurangnya tanggung jawab.
Kalau saja si orangtua adalah orang yang
tanggung jawab, maka ia tidak akan membiarkan anaknya terlunta-lunta menjadi
gelandangan di luar sana. Dengan sikap tanggung jawab dan kesabarannya ia akan
setia dan rela mengasuh anaknya dengan penuh kasih sayang. Ia merasa
bertanggung jawab untuk mengantarkan anaknya menjadi orang yang lebih berguna
daripada dirinya. Ya, tanggug jawab.
Bahkan saking pentingnya sikap tanggung jawab
ada seorang bijak mengatakan bahwa kalau saja semua manusia memiliki tanggung
jawab, tidak akan pernah ada persoalan hidup, percekcokan, perkelahian,
pencurian, pembunuhan, demonstrasi oleh masa, korupsi dan berbagai macam
perbuatan kriminal dan merugikan orang lain. Seorang presiden yang bertanggung
jawab terhadap rakyatnya, maka ia akan berusaha dengan sekuat tenaga mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. seorang pedagang yang tanggung jawab maka
ia tidak akan melakukan penipuan terhadap pelanggannya. seorang tua yang
tanggungjawab maka ia tidak akan membiarkan anaknya terlantar dan tidak terurus
pendidikan dan kebutuhannya. Seorang buruh yang tanggungjawab, tidak akan
membiarkan pekerjaannya terlantar hanya karena molornya pemberian gaji. Seorang
pengusaha yang tanggung jawab ia tidak akan membiarkan karyawannya kurang
kesejahteraanya, karena kesejahteraan buruh dan karyawan merupakan tanggung
jawabnya.
Lalu, apakah Anda adalah orang yang tanggung
jawab terhadap buah hati Anda?, Terhadap didikan dan kasih sayang Anda?. Tidak
akan pernah bisa anda menuntut buah hati Anda untuk menjadi anak yang
bertanggung jawab apabila Anda sendiri kurang bertanggung jawab menjadikannya
ia anak yang bertanggung jawab kelak. Dengan memberikan perhatian lebih, dengan
penuh kasih sayang dan tanggung jawab atas akhlaq si buah hati, Anda termasuk
orang yang memilki tanggung jawab. SELAMAT.
Kalau manusia tidak memiliki tanggung jawab, ia
hanya akan menjadikan dirinya pecundang. Yang tidak mau dan berani menanggung
setiap konsekuensi atas apa yang ia lakukan. Ia hanya akan mencari alibi atau
bahkan kambing hitam atas sebuah permasalahan. Ia cenderung acuh tak acuh
dengan apa yang terjadi di sekitarnya, ia tidak akan berkorban untuk orang lain
dan akhirnya hanya akan menjadi beban bagi orang lain.
Sebagai orang tua, ia tidak merasa bertanggung
untuk menjadikan ia pribadi yang mantap, berkarakter dan berakhlakul karimah.
Kalau ia menjadi presiden, ia akan menjadi pribadi yang otoriter mementingkan
kepentingan pribadi mengalahkan kepentingan rakyatnya. Ia hanya akan menjadi
koruptor, menjadi beban bagi seluruh rakyat yang ia pimpin. Menimbulkan
kesengsaraan dan kekacauan di negerinya. Kalau kelak ia menjadi hakim, ia tidak
akan bisa bersikap adil dan bijaksana karena ia akan lebih mementingkan siapa
yang bisa memberikan kepuasan materi bagi dirinya. Dia tidak akan bertanggung
jawab atas terciptanya keadilan. Kalau ia menjadi wakil rakyat, ia tidak segan
akan menuntut upah yang tinggi tanpa melihat apa yang sudah ia perbuat untuk
rakyat. Dia tidak bertanggung jawab atas tersampaikannya aspirasi rakyatnya
yang membawa pada kesengsaraan rakyat banyak. Di manapun orang yang tidak memiliki
tanggung jawab hanya akan menjadi beban bagi siapapun.
Terus bagaimana kita menanamkan rasa dan sikap
tanggung jawab bagi mereka?. Pertanyaan yang bagus. Di sinilah orangtua
biasanya pusing untuk memikirkan ini. Bagi orangtua yang gigih dan sabar serta
tanggung jawab, ia tidak akan berhenti di sini. Sebentar, tanggung jawab
merupakan karakter, sikap positif, maka ia tidak bisa kalau hanya kita ajarkan
melalui oral(ceramah dan omelan). Ia butuh contoh konkrit, teladan positif
tentang sikap tanggung jawab. selanjutnya anak juga membutuhkan pengarahan dan
pelatihan serta pembiasaan mengenai sikap ini.
Seperti apakah tanggung jawab, ia tidak akan
mengerti kalau kita hanya cas cis cus kesana kemari membuka kamus istilah untuk
menerangkan tanggung jawab. beri ia teladan mengenai bagaimana bersikap
tanggung jawab. itu artinya persiapkan diri anda untuk satu sikap positif ini.
Ingat, sikap asli dan buatan akan terbaca oleh anak. Kalau Anda berpura-pura
dalam tanggung jawab, maka yang terjadi adalah s e b a l i k-nya. Anda akan dinilai
anak sebagai orang yang in-konsisten dan suka berbohong. Bahaya sekali bagi
masa sekarang atau masa dewasanya kelak.
Coba kita tengok kajian albert bandura dalam
teori imitasi, bahwa cara belajar anak adalah dengan mengamati perilaku orang dewasa
kemudian diterapkan dalam diri si anak. Anak membutuhkan model dalam
pembentukan perilakunya. Di sinilah pentingnya orangtua untuk senantiasa
berperilaku positif, lebih-lebih di hadapan si anak karena ini merupakan proses
pencarian model yang natinya akan ditiru dan dipakai sebagai perilakunya sampai
kelak.
Nah, kembali ke pembahasan. Sikap tanggung jawab
bukan merupakan sikap yang jadi dengan sendirinya tanpa melalui sebuah proses. Orangtua sebagai orang
yang diberi amanah Allah harus mengupayakannya.
Sebagaimana karakter dasar, sikap tanggung jawab
merupakan karakter dasar yang perlu ditumbuh kembangkan. Maka orangtua perlu
menanamkan sikap tanggung jawab sejak dini, dari hal yang terkecil dan bahkan
sering dianggapp sepele. Misalkan anak yang berusia Taman Kanank-kanak
hendaknya kita ajarkan memakai sepatu sendiri meskipun terkadang kita juga
memberikan bantuan ketika anak sedikit kesulitan. Anak seusia SD kita ajarkan
agar memiliki tanggung jawab terhadap dirinya, misalkan setelah bangun tidur anak
kita beri tanggung jawab untuk bisa merapikan tempat tidur, bangun tepat pada
waktunya dan lain sebagaunya. Pemberian tanggung jawab kita berikan secara
kontinu sesuai dengan kemampuan fisiknya. Tetapi terkadang karena alasan
kasihan, orangtua tidak pernah melatihnya bersikap tanggung jawab bahkan untuk
dirinya sendiri sekalipun. Jika yang terjadi demikian anak akan mengalami
kesulitan saat berada jauh dari orangtuanya, semisal saat ia mulai masuk
perguruan tinggi dan harus tinggal jauh dari orangtuanya.
Ada cerita menarik terkait dengan hal ini, di
salah satu Perguruan Tinggi Negeri tempat penulis menimba ilmu. Saya sangat
kaget dengan kebanyakan calon mahasiswa (kebetulan kebanyakan para remaja
putri) kita yang sejak awal datang ke kampus sampai mengurus segalanya harus
diantar dan dicarikan oleh orangtua. Yah, hampir mirip dengan anak usia TK yang
baru datang untuk pertama kalinya ke sekolah. Saya sampai heran, apakah seperti
ini rata-rata calon mahasiswa kita?. Meski banyak orang tua yang beralasan, ini
tanggung jawabnya sebagai orangtua, tapi apa tidak berlebihan?. Yang demikian
inilah yang menjadikan mereka lemah dan tidak mampu untuk berdikari sendiri.
Lalu bagaimana ia kelak menjadi pemimpin yang bertanggung jawab kalau atas
dirinya sendiri saja masih bergantung kepada orang lain. Jadi, siapa yang
bertanggung jawab terhadap sikap mandiri anak-anak kita?.
Berbeda dengan cerita di atas, saya kagum dengan
mereka para orangtua yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk
belajar mandiri dan bertanggung jawab. Di Jepang, anak yang sudah memasuki usia
dewasa (kurang lebih selepas masa SMA) dipersilakan untuk bisa menghidupi
dirinya sendiri, artinya Ia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Teman saya yang dari Pulau Sumatera (asli Sumatera) juga demikian, selepas masa
SMA anak harus bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, bekerja,
kuliyah dan lain sebagainya. Pasti mereka para orangtua yang bernai melakukan
hal demikian karena sudah mengetahui kemampuan dan kesanggupan anaknya untuk
bisa dan mampu hidup mandiri, dan ini bukan sebuah proses yang instan. Mereka
malakukannya sejak anak-anak mereka masih belia, yaitu diserahi tanggung jawab
sesuai dengan kemampuannya meningkat dan terus meningkat.
Tentu kita merasa sangat prihatin dengan para
keluarga muda kita yang sampai memiliki anak yang berusia sekian tahun tetapi
masih tinggal satu rumah dengan orangtuanya. Sebenarnya di sini bukan soal
ketidak mampuan secara finansial akan tetapi ketidak mampuan secara mental
karena sejak kecil tidak diajarkan sikap tanggung jawab.
Pembaca yang budiaman, di sini saya tidak merasa
sok jago atau menyudutkan Bapak dan Ibu sekalian, tapi mari kita mulai dari
sekarang, didik anak-anak kita, bekali dengan sikap tanggung jawab. Dan perlu
Bapak dan Ibu ketahui bahwa mereka para orang-orang yang sukses dalam hal dunia
adalah mereka yang didik dan ditanamkan dengan sikap tanggung jawab yang
tinggi. Semoga Usaha Bapak dan Ibu sekalian untuk menjadikan mereka anak-anak
yang berguna dikabulkan olehNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar