Coba, sejenak kita ingat-ingat, berapa usia kita sekarang?, dalam usia kita yang kesekian tahun ini sudah berapa besar usia kita gunakan untuk mengabdi kepada Allah, berapa persen kita gunakan untuk beribadah dan patuh kepadaNya? berapa menit kita gunakan untuk mengaji dan mengkaji Al-Qur’an. Yang dengannya ini yang akan kita bawa menjadi bekal kita di akhirat nanti.
Yang sdikit kita gunakan untuk mengbdi kepada Allah ini, apakah sudah benar-benar baik, sungguh-sungguh dan bakalan diterima sama Allah?. Celaka kita kalau yang sedikit ini saja, kita tidak tahu dan yakin bahwa Allah akan menerimanya lantaran kita belum sungguh-sungguh secara sadar dan ikhlas menjalankannya. Allah ngasih kita umur yang sampai kesekian ini, tidak lain adalah agar kita memanfaatkannya dengan baik, dengan bijak patuh kepada Dzat Yang Maha Agung.
Barang kali di usia kita sekarang ini merupakan ujung dari usia kita, sisa akhir usia kita. Dan saat kita tanya ke diri kita, sudah cukup kah bekal untuk perjalanan yang amat panjang dan melelahkan untuk bertemu denganNya di akhirat?. Mengingatnya mungkin kita akan nangis sesenggukan karena belum ada tuh amal sedikit saja yang kita lakukan karena ikhlas untuk mendapatkan ridhoNya. Jangankan amal yang ikhlas, kita melakukan saja mungkin masih bermalas-malasan. Terus apa kita enggak malu sama Allah?, kita minta ampunan, kita minta surgaNya, kita minta ini itu, sedangkan kita saja masih ogah-ogahan melangkah kaki kita ke masjid, ogah-ogahan melangkahkan kaki kita ke kebaikan, bekumpul dengan hambaNya yang sholih, berinfak di rumahNya, menyantuni fakir dan yatim, meniru akhlak beliau Nabi Saw yang begitu mulia. Astaghfirullahhal adzim.
Coba kita ingat firmanNya dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72 “ Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
Kita lah yang telah Allah kasih tugas mulia ini, yaitu menjaga bumiNya, menjaga dan menjalan perintahNya (agama). Kenapa kita lupa?, barang kali karena kita terlalu sibuk untuk berburu rizki dariNya. Padahal sesungguhnya rizki Allah itu sangat luas, tidak akan pernah habis. Dan ia (rizki) sudah Allah tetapkan untuk menjadi pemenuh kebutuhan semua manusia. Bahkan, bagi hambaNya yang sibuk beribadah kepadaNya, bagi hambaNya yang dengannya (rizki)dia habiskan untuk berinfak, shodaqah, berjuang ke jalanNya. Akan tetapi kebanyakan dari kita takut dan lupa. Lupa bahwa ini semua adalah karunia Allah, yang akan selalu atas kendali TanganNya. Takut kalau dengan itu kita menjadi sengsara dan miskin. Tidak akan pernah sia-sia orang yang selalu merindu akan rahmat dariNya.
Apa yang kita cari di dunia ini?, kesenangan kah? Tetapi saat kita mencarinya dengan menjauh darinya, berpaling dariNya menuju pemujaan terhadap materi. Setelah tercapai, sudah merasa senangkah dengan yang kita miliki sekarang?. Kesenangan, ketenangan yang abadi dan kekal adalah hanya dengan kembali kepadaNya, kembali kepada aturan-aturanNya, mengabdi kepadaNya, selalu dekat dan merindu akan kasih sayangNya.
Istirahatkan fisik kita dengan basuhan air suci (wudlu), bersujud kepadaNya di rumahNya yang mulia (sholat). Minta keberkahan rizki yang telah kita miliki dengan berbagi sama Allah (Infak), berbagi dengan sesama hambaNya yang dhoif (sedekah). Raih ketenangan dan kepuasan jiwa karena melihat tawa dan senyum mereka anak-anak sangat Rasul kasihi (santuni yatim). Istirahatkan pencernaan agar tetap sehat dan produktif menghasilkan energi semangat ibadah (puasa). Berjumpa dengan Dzat yang Maha bijaksana di ‘Rumah’ yang ia berkahi tatkala mampu (Haji). Bermunajatlah kepadaNya agar Dia memampukan diri kita untuk sampai kepadaNya (Qiyamul lail). Hidup akan menjadi indah saat bersanding dekat dengan Rabbun Jamilun (Dzat Yang Maha Indah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar