MAKALAH
PERAN
PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen
Pengampu: Sri Suparwi,Dra.M.A
Disusun
oleh:
Marselina
Murti.M. (11311055)
Ulfah
Rahmawati (11311056)
Durotun
Nasikah (11311094)
TADRIS BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALATIGA
2013
PENDAHULUAN
Dunia belajar mengajar (dunia pendidikan) merupakan
salah satu lahan dari psikologi secara umum. Psikologi pendidikan berperan
penting dalam peningkatan mutu siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip
psikologi kedalam dunia pendidikan. Psikologi dengan objek manusia (tingkah
laku), sedangkan pendidikan berorientasi pada perubahan perilaku siswa, cocok
untuk dipadukan dengan harapan mendapatkan perilaku siswa yang diinginkan.
Psikologi dewasa ini semakin menjadi
bagian yang sangat sentral pada ilmu pengetahuan dan khususnya dalam dunia
pendidikan. Dengan psikologi manusia dapat mempelajari setiap gejala yang
terjadi baik itu didalam masyarakat maupun individu pada khususnya. Dalam
psikologi terdapat banyak bagian yang terkandung didalamnya salah satunya
adalah cabang keilmuan psikologi pendidikan yang banyak berkaitan dengan
pendidikan dan didalam pendidikan itu terdapat banyak konsep ilmu diantaranya
belajar dan mengajar.
Belajar bukanlah kegiatan yang hanya
berlangsung di dalam kelas saja, tetapi juga berlangsung dalam kehidupan
sehari-hari. Belajar tidak hanya melibatkan yang benar saja, tetapi juga melibatkan
yang tidak benar, misal ada murid yang salah mengeja kata, kita tidak dapat
mengatakan bahwa tidak belajar, hanya saja dia mengeja yang salah. Jadi belajar
tidaklah selalu dalam hal pengetahuan atau keterampilan, tetapi juga dapat
berkenaan dengan sikap, tingkah laku, kejiwaan dan perasaan.
Lain halnya dengan belajar, mengajar
merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup
berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada
pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74)
mengatakan “guru adalah kreator proses belajar mengajar”. Ia adalah orang yang
akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik
minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar diarahkan untuk
pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.
PEMBAHASAN
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama
bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar
terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem
pembelajaran dan sistem penilaian.
1. Kontribusi
Psikologi Pendidikan Terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman
aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai
aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini
memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out put pendidikan
dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta
didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang
unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum
seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik
ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan
serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya. Kurikulum pendidikan
seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject
matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia
saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis
kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus
menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
1) Kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam
berbagai konteks;
2) Pengalaman belajar siswa;
3) Hasil belajar (learning outcomes), dan
4) Standarisasi kemampuan siswa.
2.
Kontribusi
Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi
pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Terdapat
dua golongan besar dalam jenis teori
belajar, yakni golongan behavioristic yaitu teori belajar stimulus-responatau
conditioning theories dan golongan gestalt-field atau cognitive-field theories
yaitu teori belajar kognitif. Kedua teori belajar ini di samping mempunyai
perbedaan bahkan pertentangan juga mempunyai persamaan. Persamaannya terletak
dalam hal pandangannya terhadap manusia sama-sama menggunakan pendekatan
ilmiah, keduanya melakukan pendekatan psikologi.
Sedangkan perbedaannya
terletak dalam asumsi mengenai perilaku manusia.Selain itu juga terdapat
beberapa teori belajar lagi yaitu connectionism (koneksionisme) yaitu
pembentukan atau penguatan hubunganantara S (stimulus) dan R (respon, sambutan)
hubungan S-R(Stimulus-Respon) atau antara kesan indera (sense impression) dan
impuls (dorongan spontan) untuk bertindak (impulse to action), classical
conditioning (pembiasaan klasik)
teori ini adalah sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya reflek tersebut,contiguous
conditioning(pembiasaan asosiasi dekat) adalah sebuah teori belajar yang
mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan
antara stimulus dengan respon yang relevan.
Dan social learning theory(teori belajar social) adalah gabungan
antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif , dan memandang bahwa perilaku individu tidak semata-mata refleks
otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu
sendiri.
Terlepas dari pengertian masing masing-masing teori
tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan
yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah
melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran
Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar,
yakni :
1. Agar seorang benar-benar belajar, ia
harus mempunyai suatu tujuan
2. Tujuan itu harus timbul dari atau
berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang
lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami
bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang
berharga baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari
perubahan kelakuannya.
5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai,
diperolehnya pula hasil sambilan.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan
berbuat atau melakukan.
7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan,
tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis
dan sebagainya.
8. Seseorang memerlukan bantuan dan
bimbingan dari orang lain.
9. Untuk belajar diperlukan insight. Apa
yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal
fakta lepas secara verbalistis.
10. Disamping mengejar tujuan belajar yang
sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha
itu memberi sukses yang menyenangkan.
12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi
harus didahului oleh pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan
dan hasrat untuk belajar.
3.
Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem
Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek
penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan
pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku
apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan
atau pembelajaran tertentu.
Disamping itu, kajian psikologis telah memberikan
sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap
peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik
untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya. Kita
mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk
mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT),
Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek
kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi
upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada
gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Psikologi pendidikan juga dipengaruhi oleh para
pendidik (psikolog). Sehingga peran para psikolog sangat diperlukan untuk
membentuk karakter peserta didik yang baik.
1. Pelaksanaan psikologi dalam hal
diagnostik disekolah:
a) Pelaksanaan tes
b) Melakukan wawancara dengan siswa, guru,
orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
c) Observasi siswa di kelas, tempat
bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
d) Mempelajari data kumulatif prestasi
belajar siswa.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di Sekolah
a)Tingkat pelayanan (Jack I. Baron (1982))
·
Tingkat
I (psikodiagnostik) meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian
laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap
oleh tes tersebut.
·
Tingkat
II(klinis dan konseling) perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik
bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan
berbagai masalah yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat
dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
·
Tingkat
III(indusrti dan organisasi) dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalam
tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan
evaluasi program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan
bagi karyawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi,
penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli
lain dalam masyarakat
b) Kegiatan professional
Berpartisipasi dalam diagnosis, intervensi langsung,
konsultasi, pendidikan, evaluasi dan pelacakan kembali terhadap hasil
penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi pelayanan, maka semakin banyak
tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan tingkat rendah hanya sibuk dengan
pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi lebih bervariasi fungsinya dan
membutuhkan kegiatan professional yang bervariasi juga, berdasar kebutuhan
sekolah, bergantung pada kompetensi dan minat psikolognya.
c) Klien langsung
Berhadapan dengan:
·
Murid
secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas
·
Guru
Secara perorangan, kelompok guru
·
Tenaga
administrasi
d) Tingkat program pendidikan
Terdapat kesulitan dan kerumitan dalam setiap
tingkat pendidikan yang ditinjau dari aspek kognisi, bentuk tugas-tugas
mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan murid-murid, serta ciri-ciri
khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi dan menghasilkan klien-klien
yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta perbedaan harapan dan peran
pelayanan psikologik yang diinginkan.
e) Kekhasan lingkungan masyarakat dan
sekolah
Bentuk lain dari fungsi dan tanggung jawab seorang
psikolog sekolah bergantung pada:
·
ciri-ciri
khas,
·
formal-nonformal,
·
sumberdana
sekolah,
·
daerah
lokasi sekolah,
·
suku/agama/
ras/ golongan yang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
B. Peran Psikolog Masyarakat
Dalam hal ini, psikolog masyarakat berfungsi sebagai
konsultan luar yang membantu mengembangkan, menyusun program, mendirikan, dan
mengevaluasi program pendidikan, bekerjasama dengan personalia sekolah.
C. Peran Psikolog Pendidikan
Seorang psikolog pendidikan, harus tahu dan memahami
kondisi siswanya, memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisik dan
psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan
antar keduanya. Selain itu, psikolog pendidikan perlu terlibat dalam
perencanaan kurikulum dan prosedur mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai
belajar dan perlu penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur
didalam situasi sekolah.
D. Peran Psikolog Dalam Pengukuran dan Evaluasi
1. Pengukuran kesiapan pendidikan, meliputi
kemampuan dan keterampilan sebagai prasyaratan yang memungkinkan fasilitas
pendidikan pada tingkat pelajaran dengan tes potensi akademik atau tes
kemampuan belajar.
2. Pengukuran prestasi belajar, berfungsi:
a) Fungsi instruksinal, sebagai umpan balik
bagi guru dan siswa, atas keberhasilan atau kegagalan dalam pelajaran atau
keperluan perbaikan proses pengajaran.
b) Fungsi adminisrtatif, meliputi, seleksi
dan penempatan sebagai sarana untuk menyaring siswa dalam memenuhi prasyarat
yang dibutuhkan atau memasukkan siswa dalam tingkat kelas tertentu.
c) Fungsi bimbingan, tes juga dapat dijadikan
sebagai alat diagnostik psikoedukasional dalam bentuk bimbingan, yang dapat
digunakan saat memilih jurusan diperguruan tinggi, menemukan
kemampuan-kemampuan yang belum tampak sebelumnya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
psikologi pendidikan sangat berperan dalam dunia pendidikan. Peran psikologi
menentukan akan pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian
lainnya. Melalui pengukuran psikologis, psikologi memiliki arti penting bagi
upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan. Sehingga pada
gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah
digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya:
1. Pengembangan
kurikulum,
2. Sistem pembelajaran dan
3. Sistem penilaian.
Untuk mencapai tujuan psikologi pendidikan,
diperlukan peran kerjasama antar para psikolog, antara lain:
1. Peran psikolog sekolah,
2. Peran psikolog masyarakat,
3. Peran psikolog pendidikan,
4. Peran psikolog dalam pengukuran dan
evalusi.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia rahmi.(2008).Peran Psikologi Dalam
Pendidikan.
Andi
Brilin.(2010).Peran Psikologi Dalam Belajar.
Fani
Reza,Iredho.(2012).Peran Psikologi Dalam Pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar