SELAMAT DATANG di CharrorS Blog# Tempat Belajar# Sharing# dan berbagi Informasi dan Berita

Selamat Datang Di charrors Blog, tempat belajar, tempat berbagi info dan data

Sabtu, 03 Januari 2015

Menejemen Kelembagaan: Menejemen Pondok Pesantren

BAB II
KAJIAN TEORI

Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanafaatan sumber – sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu. (Hasibun, 2002 : 1 – 2). Sebagai suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan maka dikenal adanya dua istilah, yaitu fungsi manajemen dan alat manajemen. Fungsi manajemen dirumuskan George R. Terry ada 4, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian/lembaga (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). Semua proses tersebut dilakukan dalam rangka mengemban tugas pokok organisasi/lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. Pesantren difungsikan sebagai suatu lembaga yang dipergunakan untuk penyebaran agama, tempat mempelajari agama islam, mengusahakan pembinaan tenaga-tenaga bagi pengembangan agama. Kemampuan pondok pesantren bukan hanya dalam pembinaan pribadi muslim, melainkan dalam usaha mengadakan perubahan sosial dan kemasyarakatan. Sebagai lembaga sosial pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya.
Pesantren pada umumnya bersifat mandiri, tidak tergantung kepada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Karena sifat mandirinya itu, pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan Islam. Karena itu, pesantren tidak mudah disusupi oleh ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utama yaitu: 1) Kyai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri; 2) Kurikulum pondok pesantren; dan 3) Sarana peribadatan dan pendidikan, seperti masjid, rumah kyai, dan pondok,serta sebagian madrasah dan bengkel-bengkel kerja keterampilan.[1]
Hampir dapat dipastikan, lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen dasar pesantren, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut meliputi; kyai, santri, podok, mesjid dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering disebut dengan kitab kuning.[2]
Mastuhu mengklasifikasikan perangkat-perangkat pesantren meliputi aktor atau pelaku seperti kyai dan santri. Perangkat keras pesantren meliputi mesjid, asrama, pondok, rumah kyai dan sebagainya. Sementara perangkat lunaknya adalah tujuan kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya.[3] Namun demikian elemen-elemen pesantren tergantung pada besar kecilnya, program pendidikan yang dijalankan pesantren. Untuk pesantren yang berskala kecil dan hanya sekedar mengelola pondok pesantren saja (baca:Pesantren tradisional), maka hanya kelima elemen dasar tersebut yang menjadi elemen pesantren. Dan kelima elemen inilah yang menjadi objek manajemen.
Kegiatannya terangkum dalam "Tri Dharma Pondok pesantren" yaitu: 1) Keimanan danketaqwaan kepada Allah SWT; 2) Pengembangan keilmuan yang bermanfaat;dan 3) Pengabdian kepada agama, masyarakat, dan negara.
Secara lebih rinci Abdurahman Wahid menjelaskan, pola umum pendidikan tradisional meliputi dua aspek utama kehidupan di Pesantren
Pertama pendidikan dan pengajaran berlangsung dalam sebuah struktur, metode dan bahkan literatur yang bersifat tradisional, baik dalam bentuk pendidikan non formal seperti halaqah maupun pendidikan formal seperti madrasah dengan ragam dan tingkatannya. Adapun ciri utama dari pendidikan dan pengajaran tradisional adalah ditekankan pada pengajaran lebih bersifat kepada pemahaman tekstual (letterlijk atau harfiyah), pendekatan yang digunakan lebih berorientasi pada penyelesian pembacaan terhadap sebuah kitab atau  buku untuk kemudian beralih kepada kitab berikutnya, dan kurikulumnya tidak bersifat klasikal.
Kedua, pola umum pendidikan Islam tradisional selalu memelihara sub-kultur pesantren yang terdiri di atas landasan ukhrawi yang terimplementasikan dalam bentuk ketundukan mutlak kepada ulama, mengutamakan ibadah, memuliakan ustaz atau kyai demi memperoleh pengetahuan agama yang hakiki.[4]
 pemikiran dan operasionalisasi menejemen pendidikan terpadu akan banyak ditentukan oleh tujuan dan arah keterpaduan, yang menyatakan bahwa arah pendidikan di Pondok Pesantren saat ini adalah dalam pembinaan IMTAQ, IPTEK dan Skill fungsional atas dasar kebutuhan.  Keterpaduan akan ditekankan dalam menata manajemen dan implementasinya yang untuk saat ini harus dimiliki oleh lembaga pendidikan pesantren dengan strategi pengembangan pendidikan yang telah dirumuskan.
Atas dasar beberapa pemikiran di atas, pembahasan kita berfokus pada masalah Implementasi dari stategi pendidikan pesantren. Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,  baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai, dan sikap.
 Pada akhirnya akan membentuk pesantren yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional memiliki 3 unsur utama yaitu: 1)  Kyai sebagai pendidik sekaligus pemilik pondok dan para santri; 2)  Kurikulum pondok pesantren; dan 3)  Sarana peribadatan dan pendidikan, seperti masjid, rumah kyai, dan pondok serta, sebagian madrasah dan bengkel-bengkel kerja keterampilan.
A.    Pengembangan progam
Arus globalisasi yang sekarang ini sudah merambah ke masyarakar secara menyeluruh, karena itu pesantren pun sekarang dituntut untuk lebih bisa menyelenggarakan pendidikannya secara lebih profesional dan terstruktur dengan baik dengan menggunakan kurikulum yang tetap dan terencana. Sekarang ini banyak sekali pesantren yang selain mempunyai kurikulum pesantren, juga mengikuti kurikulum diknas, terutama bagi pesantren yang memiliki lembaga pendidikan madrasah.
Pesantren yang memberlakukan odel pembelajaran seperti ini biasanya akan lebih siap menhadapi arus globalisasi. Di pagi hari mereka dituntut untuk mempelajari sains dan teknologi dan pengetahuan kegamaan di waktu setelahnya. Bahkan sekarang ini banyak juga sekolah umum yang juga mengadopsi sistem pesantren, yakni yang sekarang ini lebih kita kenal dengan sistem boarding.
Dalam perkembangannya pesantren diharapkan mempunyai arah perencanaan pendidikan yang jelas dan terencana, sehingga dapat mencapai tujuan dari pendidikan pesantren itu sendiri. Pesantren diharapkan memiliki rancangan program jangka pendek, menengah dan jangka penajang. Diantara hal-hal yang perlu dikembangkan dalam hubungannya dengan peningkatan mutu pesantren adalah sebagai berikut ;
1.      Kurikulum
Pesantren diharapkan bisa memiliki kurikulum yang terprogram dengan baik sesuai dengan kebutuhan pesantren itu sendiri. Selain kurikulum yang menginduk pada DEPDIKNAS, juga memilki kurikulum yang jelas dalam perencanaan dan pelaksanaannya, sehingga dalam pembelajarannya sehari-hari dapat menerapkan keefektifan dan efisiensi waktu.
Dalam pelaksaannya kurikulum pesnatren dapat membagi program kurikulum dalam beberapa bentuk sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pesantren itu sendiri, contoh dengan merencankan kurikulum jangka pendek, menengah dan program kurikulum jangka panjang itu tadi.

2.      Sarana prasarana
Selama ini pesantren dikenal dengan penggunaan sarana dan prasarana yang apa adanya. Nah stigma ini harus kita ubah dengan peningkatan sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang memadai. Sistem inventarisasi sarana yang lebih terprogram dan terkondisikan, akan lebih meningkatkan profesionalitas dalam mendukung proses belajar mengejar santri.
3.      Tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional
a.       Tenaga kependidikan
Tenaga kependidikan itu sendiri terdiri dari semua pengurus/pengelola yayasan yang terstruktur dengan baik. Yang terdiri dari pengurus harian dan semua tenaga yang turut serta mendukung proses belajar mengajar dalam pesantren itu sendiri. Bahkan sekarang ini banyak sekali pesantren modern yang dikelola dengan sangat profesional oleh tenaga-tenaga profesional. Mulai dari ketua yayasan, badan pendukung seperti bisnis yang profitnya digunakan untuk mendukung proses pendidikan di pesntren tersebut.
b.      Tenaga pendidik
Sebuah lembaga pendidikan termasuk pesantren, akan mengalami peningkatan mutu kependidikan apabila dalam proses belajar mengajar diampu oleh tenaga pendidik yang yang berkompeten di bidangnya. Semakin profesional dan kompeten tenaga pendidik, maka semakin baik pula mutu sebuah kelembagaan. Karena baik tidaknya mutu sebuah lembaga pendidikan, titik utamnya ada di tangan para asatidz/pendidik itu sendiri.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendongkrak kemampuan pengajaran itu bisa dengan mengkut sertakan tenaga pendidikan tersebut dalam diklat-diklat pengembangan mutu ustadz yang diadakan oleh jaringan instansi kepesantrenan terkait, seperti KEMNAG atau lembaga swasta lain seperti LP Ma’arif dan yang lainnya.

B.     Pengembangan anggaran keuangan
Pengembangan anggaran keuangan bisa dengan pengembangan ekonomi mandiri pesantren, salah satunya dengan memilki sebuah lembaga usaha seperti koperasi dan usaha lain yang diharapkan dengan adanya pemasukan itu dapat mendukung proses pembelajaran dari segi pembiayaab sehingga tidak akan terjadi yang namanya keterbengkelaian program pesantren hanya karena kendala dalam sis pendanaan.


BAB III
HASIL OBSERVASI

A.  SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM “AL FALAH”
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah berdiri pada tahun 1986, yang dipelopori oleh KH. Zoemri RWS bersama istri beliau Hj. Nyai Latifah. Pondok pesantren tersebut berdiri diatas tanah milik pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar dan pemerintahan kota setempat. KH. Zoemri RWS pada mulanya menerima dan menampung para santri putra dan putri dari lingkungan sekitar, yang kemudian diikuti oleh santri putra-putri dari daerah sekitarnya. Seiring dengan berkembangan zaman, Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah dituntut pula untuk menampung aspisrasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun 1990, KH. Zoemri RWS mendirikan madrasah diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun frekwensi pendidikan adalah 6 tahun, pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra maupun putri. Melihat keadaan santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal, maka pengajian medrasah Diniyah dimulai ba’da Ashar (15.30 WIB), ba’da Magrib sampai ba’da Isya’ (+ jam 21.00), dan ba’da Subuh sampai jam 6 pagi.
Lima tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1995  pendidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah  menambah kurikulum pembelajaran berupa ekstra pesantren antara lain : kursus bahasa Inggris, Kaligrafi, Khitobiyah, Qiro’atul Qu’an, Bahasa Arab, dan Menjahit. Pendidikan ekstra ini didirikan dengan dasar, santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di masyarakat. Dan mampu mengubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang.
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK Al Falah dengan dua jurusan Otomotif dan Tata Busana.
B.     LETAK GEOGRAFIS PPTI AL FALAH
Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah terletak di Jl Bima No. 2 Dukuh Salatiga terletak di ujung barat kota salatiga; yang berdekatan dengan kab.Semarang.
C.    DASAR DAN TUJUAN PPTI AL FALAH
a.       Dasar
Al Qur’an dan As Sunnah merupakan landasan dasar yang dipakai oleh Pondok Pesantren Al Falah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran sehingga hasilnya akan lebih terarah dan fitrah yang dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai kemungkinan dalam perjalanan peradaban umat manusia dewasa ini. Pemahaman terhadap Al Qur’an dan As Sunnah tersebut dijabarkan dalam sikap dan perilaku santri, maka dasar tersebut adalah sebagai berikut :
Dasar atau asas yang akan memberi ruh di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga adalah Al Qur’an dan As Sunnah.
Al Qur’an dan As Sunnah digunakan sebagai neraca dan ukuran dalam segala pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Dengan dasar dan pengertian tersebut diatas, maka sikap dan perilaku sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Falah Salatiga harus mencerminkan suatu pelaksanaan disiplin, yaitu disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin terhadap Allah SWT.
b.      Tujuan
Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al Falah mempunyai tujuan yang sangat signifikan:
Tujuan Umum
Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
Tujuan Khusus
Ø   Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya (santri)
Ø   Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran Ilmu Agama Islam.
Ø   Mengembangkan sikap beragama praktek-praktek beribadah.
Ø   Mewujudkan ukhuwah islamiyah dalam pondok pesantren dan sekitarnya.
Ø   Memberikan pendidikan dan keterampilan civic dan kesehatan. Olahraga kepada anak didik.
Ø   Mengusahakan perwujudan segala aktivitas dalam pesantren yang mungkin pencapaian tujuan umum tersebut.
Ø   Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan sikap agamawan, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan
Ø   Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur keilmuan yang begitu tangguh dan mampu memainkan propertinya pada masyarakat secara umum.
Ø   Menciptakan santri yang berbasis IMTAQ dan IPTEK.




D.      STRUKTUR ORGANISASI

STRUKTUR KEPENGURUSAN
PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH
PERIODE 2007/2008

PENGASUH

Dewan Guru

Dewan Keamanan

Ketua I

Sekretaris I

Bendahara I

Ketua II

Sekretaris II

Bendahara II

Kebersihan

Keamanan

Pembantu Umum

Diklat

Perlengkapan

Ketua Komplek A
(Putra)

Ketua Komplek B
(Putri)

Ketua Komplek  C putra put
(Putra)

Ketua Komplek D
(Putri)

Ketua Komplek C
(Putri)
Keterangan :
Pengasuh/pelindung   :           Bapak K.H. Zoemri RWS
Dewan Keamanan     :           Ustadz Nur Ahmad Al-Faruqi S.H.I
Dewan Asatidz          :           Ustadz Edi Romli
Ketua  : I Gunawan Laksono. A                    II Khusnul Khotimah
Sekretaris        : I Rohman Amrullah              II Erma Nadliyatul. F
Bendahara       : I Ahmad Dayu. M                II Nazdhiroh Nur. Ch
Seksi-Seksi


  • Kebersihan      : I Nur Ahdian
                         II Siti Malikah
                        III Hanifah
  • Keamanan       : I Ali Musta’in
                         II Adib Fauzan
                        III Umi Mu’allimah
·         Diklat              : I Muhammad Arifin 
                         II Subhan Masykuri
                        III Imama Qudrotul. A
                        IV Indah Ziyadatul. A
  • Perlengkapan   : I M. Fathurrohman
                         II Endarti


  • Ketua Komplek


- Komplek A   : Rahmat Yuli. S
- Komplek C (Pa): Munawir
- Komplek B+D: Khayyaulinnajah
- Komplek   C(Pi):Nur Hasanah




E.     SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL FALAH
Adapun sistem yang digunakan untuk mendalami kitab-kitab kuning adalah :
a.    Sistem Sorogan
sorogan adalah berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri bergilir menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau badal (pembantunya).
b.    Sistem Weton
Sistem weton atau biasa disebut juga bandungan atau halaqah, yaitu dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai atau dalam ruangan (kelas) dan Kyai menerangkan penjelasan secara kuliah. Para santri menyimak kitab masing-masing dn membuat catatan atau dengan memberi catatan pada kitabnya untuk mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh Kyai.

F.     KELEMBAGAAN

Keberadaan Pondok Pesantren Al Falah di tengah-tengah masyarakat semakin dikenal baik di lingkungan Salatiga. Kenyataan ini mendorong untuk berupaya melayani seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kebutuhan, mulai dari masalah sosial, keagamaan/kemasyarakatan, pendidikan dan lainnya.
Upaya-upaya yang telah dilakukan diantaranya mendirikan Madrasah Diniyah Pondok Pesantren. Lama pendidikan adalah 6 tahun. Pendidikan Diniyah tersebut wajib diikuti oleh semua santri tanpa terkecuali. Di samping itu pada tahun 2005 didirikan SMK Al Falah dengan dua jurusan, yaitu jurusan otomotif dan tatabusana. SMK ini menggunakan kurikulum Pendidikan Nasional.
a.       Materi dan Kurikulum
Digunakannya materi dan kurikulum ini adalah dengan harapan agar tujuan yang hendak dicapai dapat terarah dan bisa direalisasikan. Demikian halnya materi dan kurikulum yang diberikan di Pondok Pesantren (Madrasah Diniyah) Al Falah adalah sebagai berikut:
Tingkat Dasar (Kelas I Ula)
Diberikan kepada santri awal sebagai dasar dalam mempelajari agama di Pondok Pesantren Al Falah ini. Pada tahap awal materi yang diajarkan antara lain :
Sifaul Jinan
Ø  Risalatul Mahidh
Risalatul Quro’
Ø  Tuhfatul Athfal
Aqidatul Awam
Ø  Alala
Fasholatan
Ø  Bahasa Arab
                               Al Qur’an


Kelas II Ula
Setelah menamatkan tingkat dasar, maka para santri melanjutkan ke tingkat II, yakni Kelas II Ula. Adapun materi yang diajarkan di tingkat II ini antara lain :
Ø  Ta’limul Muta’alim
Ø  Bahasa Arab
Ø  Safinatun Najah
Ø  Al Qur’an
Ø  Aswaja
Kelas III Ula
Setelah menamatkan tingkat II, maka santri melanjutkan ke tingka setelahnya, yaitu Kelas III Ula. Adapun materi yang diajarkan di Kelas III Ula tersebut adalah :
Ø  Al Jurumiyah
Ø  Amsilatut tasrifiyah
Ø  Sulam Taufiq
Ø  Arba’in Nawawi
Kelas I Wustho
Setelah menamatkan Kelas III Ula, maka snatri melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kelas I Wustho. Adapun pelajaran yang diterima santri di Kelas I Wustho adalah sebagai berikut :
Ø  Al Imrithi
Ø  Matnul Ghoyah
Ø  Qowaidul I’rob
Kelas II Wustho
Kelas lanjutan setelah Kelas I Wustho adalah Kelas II Wustho, adapun pelajarannya yaitu:
Ø  Al Fiyah I
Ø  Fathul Mu’in
Kelas III Wustho
Tingkat Kelas III wustho merupakan kelas yang tertinggi di Pondok Pesantren Al Falah. Adapun materi yang diajarkan di kelas tertinggi adalah :
Ø  Al Fiyah II
Ø  Fathul Wahab
Dari tingkat kelas I Ula sampai Kelas III Wustho tersebut dilaksanakan pada waktu yang bersamaan yaitu pada :
Ba’da ashar, mulai pukul 15.30 WIB – 17.00 WIB
Ba’da Isya’, mulai pukul 19.15 WIB – 20.30 WIB
Ba’da Subuh, mulai pukul 05.00 WIB – 06.00 WIB

G.    MATERI DAN KURIKULUM SMK AL FALAH
Kurikulum yang ada di SMK Al Falah dengan dua jurusan, yaitu otomotif dan tata busana yang mengikuti Kurikulum Pendidikan Nasional dan Kurikulum Pondok Pesantren.

H.    SARANA DAN PRASARANA
     Unit-unit bangunan komplek Pondok (Madrasah Diniyah) dan SMK Al Falah yang terletak di Jalan Bima, No. 2, Kelurahan Dukuh, Kota Salatiga berada di atas tanah seluas + 4.000 m2, yang statusnya adalah hak milik yayasan AL Falah. Adapun mengenai sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren dan SMK Al Falah adalah sebagai berikut :
a.              Musholla, dengan luas bangunan 12 x 12 m.: 2 mushola
b.             Asrama komplek A dengan luas bangunan 4 x 9 m : 5 ruang
c.              Asrama komplek B, dengan luas bangunan 8 x 24 m :10 ruang
d.             Asrama komplek C putra dan putri, dengan luas bangunan : 8 ruang
e.              Asrama komplek D, dengan luas bangunan : 2 ruang besar
f.              Gedung madrasah
g.             Sarana-sarana yang lain; Kamar mandi, WC, Dapur, Ruang perpustakaan, Ruang koperasi, Ruang kantor/ruang tamu

 BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN

Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya,pesantren hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya perandan fungsi pondok pesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat,bangsa, dan negara yang terus berkembang. Sementara itu, sebagai suatukomunitas, pesantren dapat berperan menjadi penggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat mengingat pesantren merupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Kiprah pesantren dalam berbagai hal sangat amat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu yang menjadi contoh utama adalah, selain pembentukan dan terbentuknya kader-kader ulama dan pengembangan keilmuan Islam Ada tiga hal yang dikuatkan dalam pesantren, yaitu:
1.       Tamaddun yaitu memajukan pesantren.
2.      Tsaqafah, yaitu bagaimana memberikan pencerahankepada umat Islam agar kreatif-produktif, dengan tidak melupakan orisinalitasajaran Islam. Misalnya akrab dengan komputer dan berbagai ilmu pengetahuanserta sains modern lainnya.
3.      Hadharah, yaitu membangun budaya., bagaimana budaya kita dapat diwarnai oleh jiwa dan tradisi Islam, pesantren diharap mampu mengembangkan dan mempengaruhi tradisi yang bersemangat Islam di tengah hembusan dan pengaruh dahsyat globalisasi yang berupaya menyeragamkan budaya melalui produk-produk teknologi.
Ada beberapa hal dalam melakukan pengembangan pesantren, yaitu:
1.      Image pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan yang tradisional,tidak modern, informal, dan bahkan teropinikan sebagai lembaga yang melahirkan terorisme, telah mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk meninggalkan dunia pesantren.
2.      Sarana dan prasarana penunjang yang terlihat masih kurang memadai. Bukan saja dari segi infrastruktur bangunan yang harus segera dibenahi, melainkan terdapat pula yang masih kekurangan ruangan pondok (asrama) sebagai tempat menetapnya santri.
3.      Sumber daya manusia.
4.      Aksesibilitas dan networking.
5.      Manajemen kelembagaan yang merupakan unsur penting dalam pengelolaan pesantren.
6.      Kemandirian ekonomi kelembagaan.
7.      Kurikulum yang berorientasi life skills santri dan masyarakat.
BAB V
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Melihat tantangan global yang semakin komplek setia lembaga pendidikan dituntut untuk bisa bertahan dan bisa lebih profesional. termasuk pesantren mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri. Baik dalam segi pembelajaran sehari-harinya maupun dalam segi pengelolaannya.
Dengan usaha pengelolaan yang terstruktur dan terencana, sebuah pesantren bukan tidak mungkin akan menjadi lembaga pendidikan percontohan bagi lembaga pendidikan yang saat ini sedang mengalami ketidakjelasan tujuan yang akhirnya tidak bisa secara maksimal mendukung membangun bangsa. Karena selama ini lembaga pendidikan kita sedang kehilangan ‘ruh’ kependidikannya.
Dengan munculnya pesantren modern diharapkan akan mampu menjawab tangtangan zaman, yang bukan hanya mampu secara intelegensi tapi juga unggul dalam spiritual dan emosional.
B.   SARAN
Sebagai sebuah lembaga pendidikan tertua sekaligus merupakan jantung pendidikan karakter di tanah air, hendaknya sebuah lembaga pendidikan pesantren tidak menutup mata untuk ikut berperan serta dalam menyikapi permasalah kontemporer yang semakin komplek. Bukan hanya sebatas memberikan saran berupa kajian teoritik tetapi juga dunia praktis dalam pergulatan dunia global sains maupun teknologi.









DAFTAR PUSTAKA
A.halim et all. Manajemen Pesantren. Yogyakarta 2005. Pustaka Pesantren, 
Bodnar ,Goerge H. dan William S. Hopwood : Sistem Informasi akuntansi. Jakarta 2001,bumi aksara
Amin Haedari, dkk, 2004, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Kompleksitas global, (Cet, 1; Jakarta: IRD Press.
Fatah, Nanang, ekonomi dan pembiayaan pendidikan. Bandung 2000. remaja rosda karya  Masyhud, Sulthon et all. Manajemen pondok Pesantren. Jakarta 2003, Diva pustaka 
Partanto Pius A & M Dahlan al-Barry. Kamus ilmiyah populer. Surabaya 1994 arkola surabaya 
___________, landasan manajemen penddikan. Bandung 2000. remaja rosda karya 
Riyanto, Bambang : Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Jakarta 2006, Bumi aksara 
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsurmdan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994
Mulyana, menjadi kepala sekolah professional. Bandung 2003. Remaja rosda karya
Rofiq dkk., 2005, Pemberdayaan Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren.
Wahid, Abdurahman, Kepemimpinan Dalam Pengembangangan Pesantren dalam Bunga Rampai Pesantren, Jakarta: CV Dharma Bhakti, tt











LAMPIRAN




[1] Rofiq dkk.,Pemberdayaan Pesantren, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2005), hlm. 5.
[2] Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Kompleksitas global, (Cet, 1; Jakarta: IRD Press, 2004), hlm. 25.
[3] Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994) hlm. 20-25
[4] Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, (Jakarta: dharma Bhakti, tt) hlm. 73-74.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar