SELAMAT DATANG di CharrorS Blog# Tempat Belajar# Sharing# dan berbagi Informasi dan Berita

Selamat Datang Di charrors Blog, tempat belajar, tempat berbagi info dan data

Sabtu, 03 Januari 2015

psikologi belajar

PEMBAHASAN
1.      PENGERTIAN
A.    PENGERTIAN BELAJAR
Belajar menuruut beberapa sumber adalah sebagai berikut:
-          Menurut James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri, 1999)
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
-          Cronbach (Djamarah, SyaiulBahri, 1999)
Belajar adalah perubahan yang relative permanen dalam perilaku ataupun ptensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan suatu aktifitas yang ditujukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Jadi, singkatnya belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu peserta didik menggunakan panca inderanya.
-          Menurut penulis, belajar merupakan perubahan perilaku yang sifatnya relatif permanen seagai akibat interaksi dengan lingkungan.
B.   PENGERTIAN MENGAJAR     
      Definisi klasik menyatakan bahwa mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.   (
http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html)
      Definisi modern menolak Pandangan klasik seperti diatas, oleh sebab itu pandangan tersebut kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilah proses belajar mengajar. (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html).
      Menurut Tyson dan Caroll menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar.        (http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html).
      Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.        (
http://mitanggel.blogspot.com/2009/09/pengertian-mengajar.html)
C.  PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar.

2.      HAKIKAT PEMBELAJARAN
Pada hakekatnya belajar adalah segala proses atau uasaha yang dilakukan secara
sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrativ untuk menciptakan perubahan-perubahan
dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup.
Pada dasarnya hakikat dalam belajar adalah sebagai berikut:
·         Proses perubahan perilaku
·         Pengetahuan, keterampilan dan sikap
·         Bersifat permanen
·         Akibat interaksi dengan lingkungan
·         Menjadi tanggung jawab guru
Skinner dalam Syamsudin (2000) berpendapat bahwa proses belajar melibatkan tiga
tahapan yaitu adanya rangsangan, lahirnya perilaku dan adanya penguatan. Munsterberg
dan Taylor dalam Nasution (2000:50) mengadakan penelitian ilmiah tentang cara-cara
belajar yang baik, dari 517 cara belajar yang baik, ada beberapa point yang sangat
penting, diantaranya :
a. Keadaan jasmani yang sehat
b. Keadaan sosial dan ekonomi yang stabil
c. Keadaan mental yang optimis
d. Menggunakan waktu yang sebaik-baiknya
e. Membuat catatan
Dalam menuju kesempurnaan hidup, belajar tidak lepas dari keseluruhan aspek pribadi
manusia. Ada beberapa macam-macam aktifitas dalam belajar yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a. Menggunakan panca indra untuk mengindra dan mengamati yang merupakan
kegiatan belajar yang paling mendasar dan telah dilakukan sejak awal
kehidupan manusia.
b. Membaca merupakan kegiatan belajar yang paling penting dan utama dalam
belajar.
c. Mencatat dan menulis point-point penting dari yang telah diamati dan dibaca
sangat diperlukan untuk memperkuat ingatan dan mudah direproduksi kembali.
d. Mengingat dan menghafal adalah cara mudah untuk menyimpan kesan-kesan
dalam memori.
e. Berfikir dan berimajinasi akan mampu melahirkan banyak karya yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
f. Bertanya dan berkonsultasi tentang sesuatu yang belum diketahui merupakan
kegiatan belajar yang harus dibiasakan.
g. Latihan dan mempraktekan sesuatu yang telah dipelajari akan mampu
menciptakan perubahan dalam dirinya.h. Menghayati pengalaman, karena pengalaman adalah guru terbaik.



3.      JENIS-JENIS STRATEGI DALAM BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A.             EKSPOSITORY LEARNING/DIRECT LEARNING
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan. Dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1.      Keunggulan / kelebihan
·   Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
·   Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
·   Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
·   Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi  pembelajaran ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.

2.    Kelemahan / kekurangan
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
·   Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
·   Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
·   Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
·   Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.  
·   Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran ekspositori lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. sumber : aadesanjaya.blogspot.com
B.        DISCOVERY LEARNING
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner  menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar discovery yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
1.      identifikasi kebutuhan siswa;
2.      seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
3.      seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
4.      membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
5.      mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
6.      mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
7.      memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
8.      membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
9.      memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
10.  merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
11.  membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.
C.    GROUPS LEARNING
Strategi pembelajaran kelompok adalah sebagai suatu strategi yang patut dipertimbangkan dalam upaya membelajarkan pembelajar, suatu prosedur yang teratur, terencana dan sistematis dalam kegiatan pembelajaran melalui kelompok untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran kelompok berpusat pada : (1) pada peserta didik, (2) experimental learning, (3) tujuan belajar, (4) kebutuhan belajar, (5) pemberdayaan, (6) futuristik, (7) partisipatif, (8) bertahap dan berkesinambungan. Metode-metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran kelompok, diantaranya: pemecahan masalah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran, simulasi, situasi hipotesis, games (permainan), role play, peer tutorial, kerja kelompok, kerja proyek dan sebagainya.      
Di dalam kegiatan pembelajaran kelompok pendidik perlu memotivasi dan melibatkan peserta didik dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran kelompok mendorong penampilan peserta untuk melakukan saling membelajarkan dan melaksanakan tugas dengan intensitas tinggi. Di samping keunggulan terdapat pula kelemahan dari metode pembelajaran kelompok, diantaranya: (1) cenderung mengabaikan pembelajaran individual, (2) alokasi waktu tidak mudah ditentukan, (3) Jumlah peserta didik akan berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran, (4) pendidik (fasilitator) dituntut memiliki kualifikasi tinggi; (5) pembelajaran dapat didominasi oleh satu atau dua orang.
Untuk mengatasi kelemahan yang cenderung mengabaikan pembelajaran individu, pembelajaran kelompok dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran konkruen. Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran kelompok dimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi terhadap satu obyek tugas dilakukan bersama-sama oleh seluruh anggota kelompok. Sedangkan pembelajaran konkruen adalah pembelajaran di dalam kelompok dimana analisis masalah dan pemecahannya serta perencanaan dikerjakan dan disepakati bersama, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh masing-masing individu di dalam kelompok. Di dalam melaksanakan kegiatan, anggota kelompok dapat saling membantu kesulitan yang dihadapi anggota lainnya di dalam kelompok.       
Di dalam pembelajaran kelompok berkumpul para peserta didik yang saling berinteraksi dan memiliki tujuan tujuan bersama. Mereka saling bertukar pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap serta perilaku. Oleh karena itulah di dalam pembelajaran kelompok terjadi dinamika kelompok. Menurut Lemlech (1979:44) di dalam suatu kelompok terdapat dinamika antar kelompok dan dinamika di dalam kelompok sendiri.. Dinamika tersebut secara langsung maupun tidak langsung juga mempengaruhi pembelajaran yang terjadi di dalam kelompok.   
Efektivitas pembelajaran kelompok melibatkan peran pendidik sebagai fasilitator dan siswa, khususnya pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok berperanan membantu anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh seluruh anggota kelompok. Cooper (1990: 315) mengemukakan beberapa peranan dalam kelompok, yaitu:
Leader atau pemimpin kelompok biasanya dipilih dan muncul secara informal. Pemimpin biasanya mengembangkan potensi kepemimpinan pada saat anggota kelompok tidak memutuskan apa yang harus dilakukan, atau anggota mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan.         
Authority/ Reference/ Adviser. Di dalam suatu kelompok sering ada anggota kelompok yang memiliki kekuasaan karena pengetahuan atau kemampuan khusus yang dimiliki sehingga apa yang dikatakannya selalu di dengar dan menjadi acuan.
Entertainer. Di dalam kelompok biasanya juga muncul orang yang sering menghibur dengan kata-kata lucu, perilaku jenaka, dll.          
Peacemaker. Anggota kelompok ini sangat tidak menyukai terjadinya konfrontasi dan cenderung menjadi fasilitator, negosiator, dan pembuat kompromi terhadap perbedaan pendapat, cara menyelesaikan masalah atau sikap dan prilaku yang menimbulkan konflik atau konfrontasi di anatar anggota kelompok.     
Worker/ Follower adalah orang yang melakukan pekerjaan berdasarkan basis kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin, dan biasanya mayoritas dalam kelompok. Seorang worker biasanya juga seorang follower (pengikut) yang mudah sekali dipengaruhii untuk berubah, tetapi kuncinya pada pemimpin kelompok. Apabila pemimpin kelompok berhasil dibujuk, biasanya mereka akan dengan mudah mengikutinya.

Ada beberapa karakteristik di dalam proses pembelajaran kelompok sebagaimana dikemukakan oleh Burden and Byrd (1999:234), yaitu (1) Setiap kelompok harus memiliki tujuan, meskipun mungkin ada anggota kelompok yang tidak memiliki tujuan. Sebuah kelompok yang tidak memiliki tujuan kelompok, bukanlah kelompok; (2) Setiap kelompok memiliki norma.
Bentuk pembelajaran kelompok meliputi:
1. Clinics, bisanya untuk memecahkan masalah (problem solving) atau menemukan gangguan (trouble shooting) dan analisis sistem.           
2. Exhibits, Fairs, Festifals, dimana kelompok memamerkan, menawarkan atau menjual produk
3. Demonstration, dimana peserta mendemonstrasikan kinerjanya secara kelompok
4. Action projects, biasanya kegiatan yang bersifat sosial.
5. Workshop, biasanya untuk menghasilkan suatu pedoman yang akan disepakati bersama dan menjadi pedoman oleh siapa saja yang akan menggunakannya, bukan hanya kelompok tsb.
6. Clubs and Organized groups, biasanya kegiatan yang berkaitan dengan minat atau hobi.
7. Conferences and Convention, biasanya kegiatan yang bersifat formal yang akan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang mengikat anggota kelompok.
8. Course atau kursus untuk program tertentu yang spesifik.
Large meetings, dimana peserta dalam jumlah besar mengadakan pertemuan untuk membahas sesuatu hal, misal melalui seminar atau lokakarya.





D.    INDIVIDUAL LEARNING
Pembelajaran individual merupakan suatu strategi pembelajaran, hal ini dijelaskan oleh Rowntree (1974) dalam Sanjaya (2008 : 128) membagi strategi pembelajaran ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery leraning strategy dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau groups-individual learning strategy.        
Menurut Wina Sanjaya (2008:128) strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan dan keberrhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu yang bersangkutan. Bahan pembelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.    
Pada strategi pembelajaran individual ini siswa dituntut dapat belajar secara mandiri, tanpa adanya kerjasama dengan orang lain. Sisi positif penggunaan strategi ini adalah terbangunya rasa percaya diri siswa, siswa menjadi mandiri dalam melaksanakan pembelajaran, siswa tidak memiliki ketergantungan pada orang lain. Namun di sisi lain terdapat kelemahan strategi pembelajaran ini, diantaranya jika siswa menemukan kendala dalam pembelajaran, minat dan perhatian siswa justru dikhawatirkan berkurang karena kurangnya komunikasi belajar antar siswa, sementara enggan beratanya kepada guru, tidak membiasakan siswa bekerjasama dalam sebuah team.          
Sedangkan menurut Sudjana (2009 : 116) Pengajaran individual merupakan suatu upaya untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, kecepatan dan caranya sendiri.     
Menurut Sudjana, Perbedaan-perbedaan individu dapat dilihat dari :    
1. Perkembangan intelektual        
2. Kemampuan berbahasa
3. Latar belakang pengalaman     
4. Gaya belajar     
5. Bakat dan minat           
6. Kepribadian     
Pembelajaran individu berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Pendekatan ini memfokuskan pada proses dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara realitas bersifat unik. (Hamzah B. Uno, 2008 : 16)    
Menurut Muhammad Ali (2000 : 94) strategi belajar mengajar individual disamping memungkinkan setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan potensinya, juga memungkinkan setiap siswa menguasai seluruh bahan pelajaran secara penuh. “mastery learning “ atau belajar tuntas.  
Strategi pengajaran yang menganut konsep belajar tuntas, sangat mementingkan perhatian terhadap perbedaan individual. Atas dasar ini sistem penyampaian pengajaran dilakukan dengan mengarah kepada siswa belajar secara individual. Muhammad Ali (2000 : 99)

2. Model-model pembelajaran individual
Menurut Hamzah B. Uno (2008 : 18), ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pada pendekatan pembelajaran individual, diantaranya adalah model pembelajaran pengajaran tidak langsung (non directive teaching), model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training), sinektik, sistem konseptual, dan model pembelajaran pertemuan kelas (clasroom meeting).         
Berikut adalah model-model pembelajaran yang lain :    
• Distance learning (pembelajaran jarak jauh)      
• Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)            
• Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)           
• Directed private study (belajar secara privat langsung)            
3. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan pembelajaran individual     
Keuntungan-keuntungan:
• Pembelajaran tidak dibatasi waktu        
• Siswa dapat belajar secara tuntas          
• Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta dipertimbangkan    
• Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat mereka sesuaikan           
• Gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi     
• Hemat untuk peserta dalam jumlah besar          
• Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari
• Merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif        
Beberapa kelemahan:       
• Memerlukan waktu yang banyak untuk mempersiapkan bahan-bahan
• Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan  
• Peran instruktur perlu berubah  
• Keberhasilan tujuan pembelajaran kurang tercapai, karena tidak ada tempat untuk siswa bertanya

4.      PENGUKURAN HASIL BELAJAR  
1.Pengertian Hasil Belajar
Di dalam teori belajar, belajar dipandang sebagai proses dan sebagai hasil. Belajar sebagai proses adalah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman belajar.. Belajar sebagai proses merupakan kegiatan seseorang yang dilakukan secara sengaja melalui penyesuaian tingkah laku dirinya dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Ada enam unsur yang berkaitan dengan belajar sebagai proses, yaitu : (1) Tujuan belajar disusun berdasarkan kebutuhan belajar peserta yang terasa dan dinyatakan; (2) Peserta didik memiliki motivasi dari dalam, misalnya kebutuhan, minat, kesungguhan, harapan dan tujuan belajar. (3) Menyesuaikan tingkat kesulitan belajar yang menantang, tetapi masih dapat dicapai oleh peserta; 4) Menemukan stimulus dari lingkungan yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi dan mengatasi hambatan dalam belajar, agar tujuan belajar tercapai; 5) Memahami situasi belajar yang ada. Situasi belajar adalah dorongan belajar yang termotivasi oleh tujuan belajar dan stimulus dari lingkungan; 6) Respon peserta terhadap tujuan dan stimulus dari lingkungan sesuai dengan kesiapan belajarnya masing-masing.  
Mengukur hasil belajar sebagai proses bukanlah pekerjaan mudah, oleh karena itu hanya kondisi-kondisi yang dirancang yang dapat diukur untuk mengasumsikan adanya hasil belajar sebagai proses. Ada dua hal yang harus direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Pertama, merancang dan mengelola proses yang mempermudah pembelajar memperoleh informasi dan kete          rampilan. Kedua, memberikan pelayanan sebagai salah satu sumber informasi dan keterampilan, karena proses belajar yang berorientasi pada pembelajar memerlukan banyak sumber yang dapat digunakan untuk belajar, misal kawan sebaya, pembimbing, supervisor, spesialis, macam-macam bahan dan pedoman yang tersedia di lingkungan pembelajar, serta menjaga agar sumber-sumber isi dan keterampilan tetap sesuai dengan kebutuhan pembelajar.           
Belajar sebagai hasil adalah perubahan tingkah laku seseorang melalui proses belajar, dan perubahan tersebut harus dan dapat digunakan untuk meningkatkan penampilannya di dalam kehidupan. Sementara itu bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang cenderung terjadi sebagai hasil latihan yang diperkuat. Pembelajaran sebagai hasil mengacu kepada lima katagori yaitu: (1) belajar sebagai peningkatan pengetahuan melalui perolehan informasi; (2) belajar sebagai hafalan melalui penyimpanan informasi yang dapat ditampikan kembali; (3) belajar sebagai perolehan fakta, keterampilan dan metoda yang dapat dipelihara dan digunakan jika perlu; (4) belajar sebagai penyusunan arti atau peringkasan pengertian dari materi-materi belajar yang saling berhubungan dengan dunia nyata; (5) belajar sebagai penafisran dan pemahaman terhadap dunia nyata dengan cara berbeda melalui penafsiran pengetahuan.
Belajar sebagai hasil disebut keluaran (output) dan pengaruh atau dampak (out come.) Keluaran (output) merupakan tujuan antara pendidikan sekolah. Keluaran mencakup kuantitas lulusan yang disertai kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan belajar mengajar. Keluaran dapat diketahui dari kompetensi atau kemampuan yang tercantum di dalam rapor atau ijasahnya. Sedangkan pengaruh (outcome) menyangkut hasil yang telah dicapai peserta setelah lulus sekolah dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh atau dampak ini dapat diketahui dari kinerja lulusan dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan selanjutnya. Jadi hasil belajar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah diperoleh peserta didik yang dapat ditampilkan kembali di dalam kehidupannya sehari-hari dan pendidikan selanjutnya.

2.Pengukuran Hasil Belajar Kelompok    
Pengukuran terhadap proses dan hasil belajar kelompok dilakukan secara obyektif, sehingga hasil penilaian tidak diambil sama rata untuk semua anggota kelompok. Oleh karena itu penilaian perlu dilakukan kepada setiap anggota kelompok. Penilaian secara subyektif dilakukan dengan menggunakan Catatan Penampilan Kerja untuk setiap anggota kelompok yang dicatat di dalam daftar penilaian. Penilaian ini merupakan penilaian proses yang bersifat porto folio dan digunakan oleh pendidik dalam membimbing peserta didik selama belajar serta digunakan juga sebagai pertimbangan ketika akan memberikan penilaian akhir. Penilaian yang dilakukan secara obyektif adalah ceklis, tanya jawab, penilaian produk, tes kinerja. Dalam melakukan penilaian proses dan hasil belajar, pendidik dapat memilih bentuk-bentuk penilaian sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi satu hal yang tetap dilakukan adalah penilaian dengan Catatan Penampilan Kerja, karena ini dapat membantu pendidik dalam memberikan penilaian akhir.          
Penilaian ceklis berbentuk skala sikap untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik atau tingkat pencapaian hasil belajar setelah peserta menyelesaikan proses belajar. Penilaian ceklis ini dilakukan sendiri oleh peserta didik. Ceklis kemajuan belajar dapat terdiri dari dua pilihan, misal “Sudah dan Belum”. Sedangkan ceklis pencapaian hasil belajar dapat berisi tiga pilihan, misal: “Baik – Cukup – Kurang”. Penilaian Ceklis ini berguna untuk bagi pendidik untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang berlangsung maupun berikutnya.   
Penilaian produk, merupakan penilaian yang dilakukan oleh pendidik terhadap produk yang dihasilkan oleh peserta didik, baik berupa tulisan maupun barang jadi dari suatu tugas praktek atau praktikum. Yang termasuk produk tertulis antara lain: penyelesaian soal atau pertanyaan tertulis yang ada di dalam modul, baik yang bersifat pengetahuan, perencanaan ataupun perancangan suatu produk. Sedangkan yang termasuk penilaian produk barang jadi adalah penilaian terhadap hasil karya yang dihasilkan oleh peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian mencakup: fungsi kerja, ukuran, penampilan, dan konstruksinya.
Tanya jawab merupakan penilaian yang dilakukan selama proses belajar. Tanya jawab dapat dilakukan ketika pendidik akan memberikan nilai akhir untuk satu kegiatan belajar atau satu modul setelah penialaian terhadap produk, ceklis dan catatan penampilan dilakukan.
Tes kinerja merupakan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari tes pertengahan semester atau tes sumatif. Kinerja yang akan ditampilkan telah dianalisis berdasarkan kompetensi –kompetensi yang akan dinilai, misalkan membaca gambar, menggambar, mengukur, memindahkan ukuran, memilih bahan, memotong, menggergaji, mengebor, merakit menguji dan sebagainya. Tes kinerja ini 75% berupa praktek, baik secara kelompok maupun individual.













DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri.1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. 2007. Yogyakarta : UNY Press.

Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar