SELAMAT DATANG di CharrorS Blog# Tempat Belajar# Sharing# dan berbagi Informasi dan Berita

Selamat Datang Di charrors Blog, tempat belajar, tempat berbagi info dan data

Jumat, 02 Januari 2015

Parenting

Andalah Role Model

Seorang filsuf besar Inggris John Locke mengemukakan bahwa perkembangan manusia selanjutnya sangat ditentukan oleh pengalaman yang ia alami. Saya tidak sedang membahas apakah pendapat ini salah atau benar tapi yang jelas Nabi Saw telah bersabda juga yang maksudnya kurang lebih bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) dan kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak-anaknya yahudi, majusi atau nasrani. Apakah anak-anak kita kelak akan menjadi seorang yang shalih, dermawan, durhaka, dan apapun bentuknya nanti.
Entah bagaimana teori ini lahir, apakah filsul inggris ini sempat mengintip sabda Nabi atau seperti apa, akan tetapi dipungkiri atau tidak bahwa nilia-nilai universal akan selalu selaras, apapun bentuk dan wujudnya.

Oke, kita kembali ke jalan yang benar. Kita sedang membahas mengenai bagaimana peran Anda sebagai orang tua dan bagaiamana seharusnya Anda menjalankan peran Anda dengan sebaik-baiknya. Pendapat di atas jelas walaupun kita juga tidak membenarkan seratus persen akan kebenarannya, tapi coba kita pikir kembali apa benar kita para orangtua memiliki andil besar dalam perkembangan anak-anak kita.
Yah, bagaimana mungkin juga kita yang selama berhari-hari atau bahkan selama hidupnya mereka bersama kita tidak terpengaruh oleh perilaku kita?. Sepertinya naif kalau kita mengatakan ‘mungkin’. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kita lah yang selama ini mewarnai sifat, sikap, perilaku dan karakter mereka. Bagaimana tidak, setiap hari dalam hidupnya perilaku kita seharianlah yang dapat ia lihat dan ia tiru keseluruhannya. Tak ada orang lain. Kalaupun ada paling juga orangtua yang serumah dengan kita, saudara-saudara kita yang prosentasenya tentu lebih sedikit dibandingkan dengan kita yang dari bangun sampai tidur bersama dengan kita.
Dan itu tentu kemampuan mempengaruhinya juga jauh lebih kecil dari kita para orangtua. Berfikir sejenak... ting...ting... kalau sadar peran kita berupa perilaku kita seharian sangat berpengaruh bagi perkembangan sikap dan karakter dia, kenapa kita masih diam? Membiarkan ia dengan mata telanjang melihat kelakukan kita yang.....agak sedikit kurang baik.. kita hindarkan mereka dari contoh perilaku kurang baik. Perilaku yang akan menjadi karakter dia ke depan. Apa lagi sampai menyuruh atau mengajarkannya. Baru ingat yah, kalau Anda menyuruh dia bohong untuk menyelamatkan Anda? Nah lho,,,
Dalam teori imitasi, perilaku apa saja yang kita tampilkan kepada anak-anak kita, baik disadari atau tidak adalah apa yang kita ajarkan yang kelak akan menjadi perilaku mereka juga. Kita akan merasa bahagia, manakala kebiakan yang kita lakukan menjadi hiasan perilaku mereka kelak mereka dewasa. Namun, apakah kita akan merasa senang jika yang mereka tiru adalah kebiasaan dan perilaku buruk kita?. Itu sebabnya, saat kita para orangtua memiliki masalah hendaknya disimpan dan diselesaikan di dalam kamar saja, apalagi sampai keluar kata-kata kasar, keras dan tak jarang kata-kata yang tak pantas untuk kita sodorkan kepada pasangan jidup.
Kita coba mulai dari sekarang, menelanjangi (menilai/introspeksi diri) diri kita dengan jujur. Kita perhatikan, barangkali banyak dari sikap ‘tidak baik’ kita dilihat dia dengan bebas. Karena itu akan menjadi benih-benih karakter yang kurang mendidik. Sangat fatal kalau sikap yang kita contohkan adalah sikap yang tidak kita harapkan tumbuh dan berkembang padanya. Segera lakukan perbaikan. Perlihatkan suri tauladan yang TERBAIK bagi dia. Karena Andalah role model bagi anak-anak Anda.
Mungkin itulah mengapa Allah sekaligus (satu paket) menjadikan Muhammad Saw sebagai uswatun hasanah (suri tauladan) atas perintahnya dalam Al-Qur’an. Memang harus demikian, memberikan perintah hendaknya disertai dengan contoh atau model yang riil yang langsung dapat dicontoh dan dipraktikkan secara langsung oleh ‘sasaran didik’. Dengan demikian tak perlu banyak berdebat soal tafsir atas perintah yang kita lontarkan. HATI-HATI, karena perintah yang kita lempar TANPA disertai contoh teladan tidak akan memberikan sinyal tangkap yang bagus alias dapat diterima anak bahkan balik menimpuk diri kita sendiri dan dia akan nerocos memprotes. Dan di saat itulah kita akan kebingungan dan kehilangan harkat dan martabat kita sebagai orang tua, gawat.
Perilaku yang nampak cenderung lebih bisa dibenarkan dari pada sederet kalimat indah yang kita susun untuk membuatnya menjadi anak yang baik dan shalih. Satu gerakan contoh kebaikan akan lebih dan sangat bermakna dari pada segudang kata perintah dan larangan yang kita luncurkan.
Kalau Rasulullah merupakan satu contoh pribadi yang sempurna untuk para umatnya yang dapat ditiru dan diterapkan sampai ribuan tahun setelahnya, maka sekarang kitalah yang bermain menggantikannya untuk kebaikan anak cucu kita kelak. Dan akhirnya akan akan menjadi jauh lebih terhormat dan terkenang dengan baik, dari pada sebagai orangtua yang banyak ngomel dan protes terhadap kondisi anak Anda. Berbahagialah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar