SELAMAT DATANG di CharrorS Blog# Tempat Belajar# Sharing# dan berbagi Informasi dan Berita

Selamat Datang Di charrors Blog, tempat belajar, tempat berbagi info dan data

Jumat, 02 Januari 2015

Parenting

Dialah, anugerah terINDAH

Hari itu, setelah lima tahun masa penantian dengan berbagai usaha akhirnya datang juga moment yang paling ditunggu-tunggu Yunus, kelahiran putra pertamanya. Alangkah bahagia ketika seorang lelaki memiliki keturunan yang akan meneruskan nasabnya, alangkah bahagianya ketika seorang perempuan melahirkan putranya tercinta. Apalagi setelah melewati masa penantian dan ujian serta usaha yang panjang dan berjibaku. Bahkan ada yang bilang seorang lelaki tidak akan sempurna kelekiannya manakala ia belum memiliki keturunan. Dan seorang perempuan tidak bisa dikatakan perempuan manakal ia belum melahirkan seorang anak. Benar kah demikian?.
Begitu juga yang dialami oleh Sofia Zulaikha, setelah delapan tahun lebih menunggu dan berharap akan kehamilannya. Sungguh bahaginya waktu dokter yang memeriksanya menyatakan bahwa Ia telah hamil, ya, hamil, mengandung. Harapan dan impian yang selama ini Ia idam-idamkan. Yang sekaligus mematahkan anggapan bahwa ia bukan perempuan mandul, perempuan yang tidak bisa melahirkan anak kandung.

Yah kurang lebih begitulah perjalanan panjang sepasang suami istri yang begitu mendambakan buah hati yang tak kunjung datang. Meskipun dua cerita di atas saya sarikan dari sebuah novel, yang saya tidak tahu apakah itu murni fiktif atau semi fiktif, tetapi yang jelas cerita semacam itu jamak terjadi di kehidupan nyata, bahkan di kehidupan di sekitar kita sendiri. Bagaimana perjuangan seorang yang tidak mampu melahirkan keturunan, bahkan sampai mereka tua dan akhirnya meninggal tanp meninggalkan seorang keturunanpun. Tentu merupakan satu kesedihan tersendiri yang tak akan pernah berakhir. Karena artinya ia tidak akan memiliki keturunan dari darah dagingnya sendiri, tidak akan memiliki penerus yang akan meneruskan nama besarnya kelak. Ibarat kiamat yang telah sangat jelas berada di depan matanya.
Ayah dan Bunda yang dirahmati Allah, begitu beruntung dan bahagianya kita karena kita diberikan anugerah terindah dari Tuhan yang Maha Indah, yakni putra-putri tercinta. Yang selama ini menghiasi kehidupan kita, mengisi kesepian, yang dengan kehadirannya menjadi penawar ketika kita stres menghadapi persoalan hidup yang tak kunjug selesai. Menjadi obat ketika kita capai dan suntuk dengan pekerjaan dan aktifitas seharian yang melelahkan. Untuk siapa sebenarnya seluruh waktu, tenaga, dan pikiran kita kita peras untuk mendapatkan rizki. Untuk mereka semata bukan. Untuk kebahagiaan dan kebutuhannya yang semakin menggunung. Bahkan pada beberapa waktu yang lalu, terbit sebuah berita yang sungguh memilukan bahwa ada seorang ayah yang rela menjual satu ginjalnya untuk menebus ijazah anaknya yang disita oleh pihak sekolah karena tak mampu membayar biaya pendidikan anaknya.
Para Ibu tentu juga tidak akan pernah lupa, bagaiamana pengorbanannya ketika Ia harus melahirkan sang jabang bayi, begitu berat dan penuh pengorbanan, bahkan nyawa sendiri taruhannya. Belum lagi semasa Anda, para orangtua membesarkannya dari semenjak bayi hingga sampai sekarang ini yang entah berapa usianya sekarang. Tentu sangat-sangat melelahkan dan penuh pengorbanan. Apakah Anda akan menyia-nyiakan anugerah dariNya dan pengorbanan Anda selama ini dengan tidak mendidiknya dengan baik.
Sudah seharusnya proses yang panjang dan melelahkan ini tidak Anda sia-siakan begitu saja. Setiap sesuatu yang begitu berharga, terlebih buah hati yang selama ini Anda besarkan. Mereka (anak-anak kita) adalah permata hati, yang akan menghiasi kehidupan kita kini, nanti, dan terlebih saat kita para orangtua pindah ke alam abadi. Ia benar-benar akan menjadi permata hati kalau kita memeliharanya sebagaimana permata butuhkan, yakni dengan penuh perhatian kasih sayang dan cinta yang penuh.
Ia akan menjadi pribadi yang menyejukkan mata kelak mereka dewasa kalau kita berhasil mendidiknya dengan sepenuh hati. Mereka akan menjadi kebanggaan manakala kita telah membekalinya dengan keterampilan hidup yang mereka butuhkan, bukan sekedar membiayai sekolahnya semata. Mereka akan menjadi penentram hati manakala kita telah menanamkan sifat-sifat terpuji di dalam hatinya. Mereka akan menjadi penolong ketika kita terpeleset jurang akhirat manakala kita telah berhasil menanamkan nilai-nilai luhur agama yang selalu menghiasi masa hidupnya. Ya, keshalihannya adalah keberhasilan Anda para orangtua. Semua tergantung tergantung pada Anda dalam mewujudkan itu semua. Ketentraman di hari tua atau bahkan di bumi yang selanjutnya kalau Anda telah berhasil mengantarkannya pada tahapan-tahapan sebelumnya. Dan Anda tinggal melihat kebahagiaan demi kebahagiaan yang akan Anda nikmati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar