SELAMAT DATANG di CharrorS Blog# Tempat Belajar# Sharing# dan berbagi Informasi dan Berita

Selamat Datang Di charrors Blog, tempat belajar, tempat berbagi info dan data

Sabtu, 03 Januari 2015

Parenting

Tak Perlu Terlalu Mendikte

Setiap orang tua pasti mendambakan anaknya menjadi yang  terbaik, bahkan di segala bidang. Tentu itu tidak salah, akan tetapi ketahuilah bahwa setiap anak memiliki keterbatasan dan kemampuan yang berbeda-beda dan khusus. Manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang sempurna, tapi harus ingat kesempurnaan manusia tidak sebagaimana kesempurnaan Tuhan, yang tidak memiliki kekurangan SEDIKITPUN. Karena manusia dikatakan sempurna karena kekurangannya, artinya manusia yang sempurna itu yang Anda lihat saat ini, yang lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya, bukan yang demkina itu sempurna.


Dalam kehidupan zaman sekarang yang serba kompetitif atau segala sesuatunya kita harus bersaing dengan kompetitor-kompetitor yang tidak sedikit. Hal demikianlah yang terkadang menjadikan para orangtua takut dan khawatir bagaimana agar anaknya mampu bertahan dan bersaing dengan sebaik-baiknya, yang pada akhirnya semua macam jenis pelajaran dan keterampilan dijejalkan kepada anak-anak mereka. Saya sedikit prihatin melihat yang demikian, karena ini akan berakibat pada langsung maupun tidak langsung. Tak jarang model anak SD zaman sekarang yang hari-harinya disibukkan dengan berbagai macam les pelajaran dan keterampilan. Anak menjadi sangat tertekan dan terbebani hidupnya. Mereka tidak dapat menikmati hidupnya sebagaimana layaknya seorang anak kecil yang bisa bermain kesana kemari, akan tetapi hari-harinya harus berkutat dengan buku, belajar dan belajar.
Saya yakin semua orangtua yang melakukan ini semua beralasan agar anak-anaknya kelak menjadi anak yang siap bersaing bahkan menjadi yang terbaik. Tidak ketinggalan dan lain sebagainya, tapi coba ingatlah mereka tetaplah anak-anak yang sangat membutuhkan kedekatan dengan orangtua, cintanya, waktu bermain, dan pembelajaran yang mengasah kecerdasan emosiaonal, spiritual, bahkan juga aspek fisik. Yang demikian cenderung terabaikan dan bahkan sangat sedikit waktu untuk mempelajari itu semua.
Apakah benar akan menunjang kesuksesankah?, saya tidak tahu persis. Akan tetapi katahuilah bahwa kecerdasan, kejeniusan, dan krativitas tidak meberikan sumbangan yang lebih signifikan dibandingkan dengan terasahnya kecerdasan spiritual, emosional, mental dan karakter. Tomas alfa edison, seorang ilmuan yang telah menemukan lebih dari tiga ribu hasil penemuan (bahkan dalam kondisi pendengarannya yang minim) mengatakan bahwa kecerdasan hanya memberikan sumbangan yang sangat sedikit dalam menunjang kesuksesan seseorang, yakni hanya 1 satu persen. Sedangkan sembilan puluh sembilan persen lainnya adalah keringat. Artinya aspek emosional, mental dan karakter seperti kesabaran, keuletan, suka berkerja keras, dan semangat pantang menyerah lebih dibutuhkan dari pada kecerdasan yang yang ada pada dirinya.
Coba kita pikir ulang, apakah kita sebagai orang orangtua selama ini sudah mengajarkannya?. Kita cenderung banyak menuntut dan mendikte anak-anak kita agar belajar banyak, tahu ini, tahu itu dan lain sebagainya tanpa pernah mengajarkan tentang pentingnya memiliki sifat dan karakter positif. Karena karakter, perilaku positif, kecerdasan spiritual lainnya tidak bisa ditularkan atau diajarkan hanya dengan memberikan pengertian dan pemahaman semata, akan tetapi melibatkannya langsung dalam sebuah kegiatan atau aktifitas fisik. Dan itu tidak dapat ditemukan dalam pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada kemampuan otak.
Terlalu banyak menuntut dan mendikte anak, akan tetapi membatasi kegiatan eksplorasi pada anak cenderung akan menjadikan mereka memiliki sifat ketergantungan. Sulit untuk melakukan kegiatan yang datang dari inisiatif diri sendiri. Hal ini terjadi karena mereka takut untuk bertindak yang mungkin saja tidak disukai oleh orangtuanya yang pada akhirnya mereka berhenti dan tidak melakuakn apapun. Selain karena tidak terbiasanya dengan aktifitas mandiri. Selain itu anak juga akan menjadi pribadi yang tidak mandiri, selalu ketergantungan dengan orang lain, sulit mengambil keputusan, dan cenderung tidak berani mengambil resiko. Apakah kita para orang tua menghendaki yang demikian pada anak-anak kita? Bagaimana kelak kalau Ia sudah sudah dewasa dan tidak lagi hidup dengan orangtuanya, betapa susahnya Ia. Kita pasti tidak mengharapkan yang demikian, akan tetapi kita sering melakukan hal yang malah menjadikan mereka tidak mandiri dan suka menggantungkan orang lain (salah satunya orangtua) karena kita selalu mendiktenya.
Sebagai orangtua kita cenderung lebih banyak tidak siap anak melakukan kesalahan, tetapi kita kurang menyadari karena dari kesalahan itulah mereka berproses, mereka belajar menjadi pribadi mereka sendiri, bukan sekedar banyangan atau boneka bagi kedua orangtuanya. Tinggal tugas kita sebagai orangtua memberikan pengarahan dan nasihat jika mereka melakukan kesalahan, dan tentunya dengan cara yang bisa mereka terima dengan baik. Nasihat yang berangkat dari emosi positif cenderung akan berkesan dari pada nasihat yang berangkat dari emosi negatif.
Kita mencoba untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak kita untuk mengeksplorasi diri mereka sendiri, namun tanpa merugikan orang lain atau bahkan dirinya sendiri. Mendidik, sejatinya merupakan memberikan fasilitas yang seluas-luasnya kepada mereka untuk mengembangkan diri, meningkatkan minat positifnya, dan melakukan pembelajaran yang menurut mereka nyaman dan membahagiakan.

Memang setiap kegiatan atau proses pembelajaran menuju kematangan membawa sebuah resiko, akan tetapi hal ini bukan menjadi alasan bagi kita untuk mendikte setiap apapun langkah yang diambil dan dipilih oleh mereka. Berikan mereka kebebasan memilih berikut pengarahan, masukan dan bisa juga dengan pengalaman orang lain atau bahkan dari diri Anda sendiri, tapi itu bukan hal mutlak yang juga harus dipilih oleh mereka. Karena setiap orang pasti memiliki kecenderungan dan begitu juga dengan mereka anak-anak kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar